PALPOS.ID – Sate biasanya identik dengan daging ayam, kambing, atau sapi.
Namun, di tengah tren gaya hidup sehat dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap konsumsi makanan laut, kini muncul sajian yang mulai mencuri perhatian: sate tuna.
Hidangan yang memadukan teknik memanggang khas sate dengan cita rasa khas laut ini menjadi primadona baru di berbagai daerah pesisir Indonesia.
Sate tuna merupakan inovasi dari sajian ikan bakar tradisional, dengan menggunakan daging ikan tuna segar yang dipotong dadu, ditusuk, dan dibakar layaknya sate pada umumnya.
BACA JUGA:Bubur Pedas : Kuliner Khas Kalimantan yang Menyajikan Kenikmatan Rasa Pedas dan Sehat
BACA JUGA:Sate Gogos: Inovasi Kuliner Khas Nusantara yang Siap Mendunia
Bedanya, sate ini tidak selalu disajikan dengan bumbu kacang seperti sate ayam, melainkan dengan sambal dabu-dabu khas Sulawesi, sambal matah Bali, atau bahkan saus teriyaki untuk sentuhan modern.
Menurut Chef Hendra Yuwana, seorang koki profesional yang juga pelaku usaha kuliner laut di Manado, sate tuna bukan hanya menggugah selera, tetapi juga menyehatkan.
“Tuna adalah ikan yang kaya protein dan rendah lemak jenuh. Kandungan omega-3 di dalamnya baik untuk kesehatan jantung dan otak.
Meski belum sepopuler sate ayam, sejarah sate tuna sebenarnya cukup panjang, terutama di daerah-daerah penghasil ikan laut seperti Bitung, Ambon, dan beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur.
BACA JUGA:Sambusa, Camilan Khas Ramadan yang Melekat di Hati dan Budaya
BACA JUGA:Barongko : Kue Tradisional Bugis yang Tetap Bertahan di Tengah Arus Modernisasi
Masyarakat lokal telah lama mengonsumsi ikan tuna dalam berbagai bentuk, termasuk dibakar dan disajikan dalam bentuk tusukan.
Namun, baru dalam beberapa tahun terakhir sate tuna mulai dikemas secara komersial dan menjadi bagian dari menu restoran, kafe, hingga makanan kaki lima.
Di kawasan pesisir Sulawesi Utara dan Maluku, sate tuna sering disajikan dalam acara adat atau pesta rakyat.