Kini, tren tersebut mulai merambah kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
BACA JUGA:Kuah Labu : Hidangan Klasik yang Nikmat dan Bergizi
BACA JUGA:Semur Betawi : Hidangan Tradisional Penuh Cita Rasa yang Terus Dijaga Warisannya
Salah satu pelopor yang sukses mempopulerkan sate tuna di Jakarta adalah Warung Laut "Tuna Bakar Samudra" yang berlokasi di kawasan Kemang.
Pemiliknya, Riza Hamzah, mengungkapkan bahwa menu sate tuna menjadi primadona baru di warungnya.
“Awalnya banyak yang ragu karena belum terbiasa makan ikan laut dalam bentuk sate.
Tapi setelah mencoba, mereka justru ketagihan,” ujarnya sambil tersenyum.
Yang membuat sate tuna berbeda dari sate daging pada umumnya adalah tekstur dagingnya yang lembut namun tetap padat.
Dengan pembakaran yang tepat, bagian luar daging tuna akan garing, sementara bagian dalamnya tetap juicy dan lembut.
Aroma khas ikan segar yang dipadu dengan bumbu rempah seperti bawang putih, jeruk nipis, ketumbar, dan jahe memberikan sensasi rasa yang kuat dan menyegarkan.
Selain sambal tradisional, banyak inovasi modern yang kini menyertai penyajian sate tuna.
Beberapa restoran mulai menyajikannya dengan saus miso, saus lemon butter, atau bahkan mayones pedas ala Jepang.
Hal ini membuat sate tuna dapat diterima oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang menyukai makanan fusion.
Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap kuliner laut, sate tuna memiliki potensi ekonomi yang cukup besar.
Di daerah-daerah pesisir, usaha kecil dan menengah (UKM) mulai memproduksi sate tuna dalam bentuk kemasan beku untuk dipasarkan ke kota-kota besar.
Pemerintah daerah pun mulai melirik sate tuna sebagai ikon kuliner lokal yang bisa mendukung sektor pariwisata.