Jika terbentuk, Musi Ilir akan menjadi salah satu poros pertumbuhan ekonomi baru di Sumatera Selatan.
Beberapa potensi ekonominya antara lain:
Sektor Migas:
Banyak wilayah Musi Ilir berada di kawasan penghasil minyak dan gas bumi. Pompa angguk menjadi pemandangan biasa di ladang-ladang minyak tua dan baru.
Perkebunan Sawit dan Karet:
Mayoritas masyarakat menggantungkan hidup dari perkebunan rakyat dan perusahaan besar yang tersebar di lima kecamatan.
Pertanian dan Perikanan:
Dengan posisi geografis dekat sungai dan rawa, sektor pertanian dan perikanan rakyat juga menjadi tumpuan ekonomi warga.
Dengan pengelolaan yang mandiri, semua potensi ini bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berkelanjutan dan menopang pembangunan daerah.
Selain sektor ekonomi, Musi Ilir juga memiliki kekayaan budaya dan sejarah lokal yang perlu dijaga.
Di daerah ini terdapat berbagai situs sejarah, rumah adat, dan tradisi masyarakat Musi yang menjadi bagian dari identitas lokal.
Kabupaten baru nantinya diharapkan memiliki misi pelestarian nilai-nilai adat dan budaya lokal, termasuk mengembangkan pendidikan berbasis budaya dan mendokumentasikan sejarah lisan masyarakat Musi.
Harapan dan Masa Depan Musi Ilir
Jika cita-cita menjadi kabupaten mandiri terwujud, Musi Ilir diharapkan akan:
Menjadi pusat pemerintahan yang responsif, modern, dan efisien
Menjadi daerah dengan kemandirian fiskal yang kuat dari sektor SDA dan PAD
Menjadi pusat pengembangan pendidikan dan budaya lokal
Menjadi magnet baru bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi
Perjuangan pembentukan Kabupaten Musi Ilir telah menunjukkan bahwa aspirasi masyarakat bawah tidak bisa dipandang sebelah mata.
Meski moratorium DOB masih berlaku, tekad dan semangat masyarakat Musi Ilir telah menjelma menjadi gerakan kolektif yang berakar kuat.
Harapan mereka sederhana namun mendalam: membangun masa depan yang lebih baik untuk anak cucu mereka, dengan pemerintahan yang lebih dekat, pembangunan yang lebih merata, dan kehidupan yang lebih sejahtera.
Kabupaten Musi Ilir bukan sekadar pemekaran wilayah, melainkan simbol kebangkitan dan kemandirian daerah.