Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp10.000 per porsi.
BACA JUGA:Seblak : Cita Rasa Pedas Khas Bandung yang Mendunia
“Saya sediakan level pedas dari 1 sampai 5. Tapi banyak juga yang minta level 10! Kadang saya kasih tanda tangan kalau mereka bisa habisin tanpa minum air,” kata Dwi sambil tertawa.
Kepopuleran cilok kuah mercon tak lepas dari peran media sosial.
Video-video tantangan makan pedas, ulasan dari food vlogger, hingga unggahan pengguna TikTok membuat jajanan ini cepat dikenal luas.
Salah satu video dari akun TikTok @kulinerpedasbandung yang memperlihatkan ekspresi “kepedasan maksimal” setelah makan cilok kuah mercon telah ditonton lebih dari 1 juta kali.
“Rasanya gila! Mulut panas, tapi lidah pengen lagi dan lagi,” tulis seorang netizen di kolom komentar.
Tren ini membuat banyak pelaku UMKM ikut menjajal peruntungan.
Di sepanjang jalanan seperti di kawasan Dago, Antapani, hingga Cimahi, berjejer gerobak dan tenda-tenda kecil yang menjual cilok kuah mercon, dengan variasi rasa dan level pedas berbeda.
Menurut ahli kuliner tradisional, Prof. Yuniarti Sari dari Universitas Pendidikan Indonesia, popularitas cilok kuah mercon menunjukkan bahwa masyarakat kini menginginkan kombinasi antara cita rasa lokal dan inovasi kekinian.
“Cilok itu bagian dari identitas kuliner Sunda, tapi kemasannya sekarang dibuat lebih menarik dengan sensasi pedas yang ekstrem.
Ini mencerminkan gaya konsumsi anak muda saat ini yang doyan tantangan,” ujarnya.
Namun ia juga mengingatkan agar konsumen tetap bijak dalam mengonsumsi makanan pedas berlebihan.
“Pedas itu merangsang adrenalin, bikin nagih, tapi jangan sampai mengganggu pencernaan.
Apalagi kalau setiap hari makan level mercon,” tambahnya.