Banyak konten kreator kuliner yang mengulas mie lidi sebagai bagian dari throwback snack atau camilan nostalgia.
BACA JUGA:Tempe Mendoan : Kelezatan Kuliner Khas yang Mendunia
BACA JUGA:Otak-Otak : Lezatnya Kuliner Tradisional yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi
Video unboxing, tantangan makan mie lidi super pedas, hingga konten membandingkan rasa-rasa berbeda, telah membantu memperluas jangkauan pasar mie lidi ke seluruh Indonesia.
Sementara itu, dari sisi produsen besar, beberapa pabrik makanan ringan lokal mulai kembali memproduksi mie lidi dalam skala besar untuk memenuhi permintaan pasar.
Salah satu produsen, PT Cita Rasa Nusantara, bahkan mencatatkan peningkatan penjualan mie lidi hingga 300 persen dalam enam bulan terakhir.
"Kami awalnya hanya coba-coba memproduksi mie lidi sebagai produk musiman.
Tapi ternyata sambutannya luar biasa, terutama dari kalangan anak muda," ungkap Direktur Marketing PT Cita Rasa Nusantara, Arif Wicaksono.
Namun di balik popularitasnya, ada pula kekhawatiran terkait kandungan gizi dan keamanan makanan mie lidi.
Beberapa pemerhati kesehatan mengingatkan agar masyarakat tidak mengonsumsi camilan ini secara berlebihan.
Mie lidi yang digoreng dan mengandung MSG serta pewarna buatan bisa berpotensi menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi dalam jumlah besar secara terus-menerus.
“Pada dasarnya, mie lidi boleh saja dikonsumsi sebagai camilan, asalkan tidak berlebihan.
Orang tua juga harus mengawasi camilan yang dikonsumsi anak-anak, dan memastikan produk yang dibeli memiliki izin BPOM dan label yang jelas,” kata ahli gizi dari Universitas Indonesia, dr. Maya Lestari.
Meski demikian, banyak pelaku usaha kini berinovasi membuat mie lidi versi sehat.
Beberapa di antaranya menggunakan bahan organik, memanggang mie lidi alih-alih menggoreng, serta mengurangi kadar garam dan MSG.
Inovasi ini menjadi alternatif yang menarik bagi konsumen yang lebih peduli pada gaya hidup sehat.