“Nasi liwet merupakan simbol harmoni antara manusia dan alam.
Dari bahan-bahannya yang alami hingga cara penyajiannya yang melibatkan kebersamaan, semua punya makna,” ujarnya.
Meskipun sudah ada sejak ratusan tahun lalu, nasi liwet tidak pernah kehilangan penggemarnya.
Di era digital saat ini, banyak restoran dan pelaku UMKM kuliner justru mengangkat nasi liwet sebagai produk unggulan.
BACA JUGA:Pisang Molen : Keunikan Cita Rasa yang Menyegarkan dan Penuh Sejarah
BACA JUGA:Keju Aroma : Camilan Legendaris yang Kembali Naik Daun di Tengah Tren Kuliner Jadul
Di Solo, kawasan Keprabon menjadi pusat wisata kuliner nasi liwet.
Salah satu warung legendaris di sana, Nasi Liwet Yu Sani, telah beroperasi sejak tahun 1970-an.
“Kami mempertahankan resep turun-temurun.
Tidak pakai penyedap buatan, semua alami,” kata Sani, generasi ketiga pemilik warung tersebut.
Dalam sehari, warungnya bisa menghabiskan lebih dari 20 kilogram nasi liwet, terutama saat akhir pekan.
Kini, nasi liwet tidak hanya dapat ditemukan di Solo.
Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Makassar memiliki restoran atau kedai yang menyajikan nasi liwet dengan beragam kreasi.