“Anak-anak generasi 90-an dan 2000-an sekarang sudah dewasa, dan banyak dari mereka ingin kembali mencicipi makanan yang dulu mereka kenal waktu kecil.
BACA JUGA:Sup Ayam : Hidangan Sehat yang Menyegarkan dan Bergizi
BACA JUGA:Ikan Bakar Colo-Colo, Cita Rasa Khas Maluku yang Kian Digemari di Seluruh Nusantara
Kue cubit membawa memori masa kecil yang kuat,” ujarnya saat ditemui dalam Festival Kuliner Nusantara 2025 di Senayan, Jakarta.
Ia juga menambahkan bahwa media sosial turut mendorong tren ini.
Foto-foto kue cubit warna-warni yang menarik sering muncul di Instagram dan TikTok, memicu rasa penasaran dari generasi muda yang belum pernah mencicipinya secara langsung.
Di berbagai kota besar, para penjual kue cubit mulai berinovasi. Salah satunya adalah Sari (38), pemilik gerai "Cubitlicious" di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Ia telah berjualan kue cubit sejak tahun 2017 dan kini memiliki lima varian rasa unik, termasuk kue cubit dengan saus salted caramel dan taburan biskuit lotus.
“Awalnya saya hanya jual rasa original dan green tea.
Tapi banyak pelanggan yang minta sesuatu yang beda.
Jadi saya coba kreasikan topping dan warna supaya lebih menarik,” kata Sari, yang juga menerima pesanan kue cubit untuk ulang tahun dan pesta anak-anak.
Bukan hanya pedagang kaki lima atau UMKM, beberapa kafe ternama pun mulai menambahkan kue cubit dalam daftar menunya, lengkap dengan plating cantik dan tambahan es krim vanilla atau whipped cream.
Hal ini menunjukkan bahwa kue cubit telah mengalami transformasi dari sekadar jajanan sekolah menjadi dessert modern yang bisa dinikmati siapa saja, kapan saja.
Meski demikian, para penjual kue cubit juga menghadapi tantangan, terutama dalam menjaga konsistensi rasa dan bahan baku.
Lonjakan harga bahan pokok seperti telur dan susu juga menjadi keluhan utama para pelaku usaha kecil.
Namun, semangat untuk melestarikan jajanan tradisional tetap membara.