Bolu Kojo, Kue Khas Palembang yang Kian Populer di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Jumat 11-07-2025,10:09 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID – Di tengah menjamurnya berbagai kuliner kekinian, satu nama kue tradisional dari Palembang tetap bertahan dan bahkan semakin digemari: Bolu Kojo.

Kue berbahan dasar telur, santan, dan daun pandan ini tidak hanya menjadi sajian wajib saat hari besar seperti Lebaran, tetapi juga telah menjadi ikon kuliner yang merepresentasikan kekayaan budaya dan cita rasa Sumatera Selatan.

 

Bolu Kojo atau sering juga disebut kue kojo merupakan bagian dari tradisi masyarakat Palembang yang telah ada sejak ratusan tahun lalu.

Nama “kojo” berasal dari kata “kemojo”, yakni sejenis bunga beraroma harum yang bentuk loyangnya menyerupai kelopak bunga tersebut.

BACA JUGA:Nasi Pecel : Kuliner Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Mie Goreng Jawa, Cita Rasa Tradisional yang Tetap Dicintai di Tengah Arus Modernisasi Kuliner

Tak heran, kue ini kerap dicetak dalam loyang berbentuk bunga, menjadikannya mudah dikenali di antara aneka kue lainnya.

 

Dengan warna hijau alami dari daun pandan atau daun suji, bolu kojo menyajikan tampilan yang menggoda mata.

Rasanya yang manis, legit, dan bertekstur lembut membuat kue ini digemari berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang tua.

 

Menurut Siti Aisyah (53), pengusaha kue tradisional di kawasan Ilir Timur, Palembang, bolu kojo merupakan warisan keluarga yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

BACA JUGA:Sambal Nanas Khas Palembang, Perpaduan Pedas-Manis yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Sensasi Pedas Segar Sambal Lamongan, Cocok Disantap Bareng Ayam Goreng

“Sejak kecil saya sudah melihat nenek dan ibu membuat bolu kojo untuk acara keluarga.

Sekarang saya yang meneruskannya,” ujarnya saat ditemui di tokonya, Rabu (9/7).

 

Meski terlihat sederhana, bolu kojo menyimpan keunikan dalam proses pembuatannya.

Kue ini biasanya dibuat dari campuran telur (bisa mencapai 10–12 butir), santan kental, gula pasir, tepung terigu atau tepung sagu, dan tentu saja air daun pandan atau daun suji sebagai pewarna dan perasa alami.

BACA JUGA:Nasi Krawu, Kuliner Khas Gresik yang Menggoda Selera dan Penuh Sejarah

BACA JUGA:Smoothies, Minuman Sehat yang Kian Digemari Masyarakat Urban

 

Semua bahan dicampur dan diaduk rata sebelum dipanggang dalam loyang berbentuk bunga hingga matang.

Bolu kojo yang otentik biasanya memiliki tekstur yang padat namun lembut, dengan aroma pandan yang harum semerbak.

 

Kini, berbagai variasi bolu kojo bermunculan, termasuk yang menggunakan tambahan keju, cokelat, durian, bahkan varian kekinian seperti matcha dan red velvet.

Namun menurut banyak pecinta kuliner Palembang, rasa asli bolu kojo tetap yang paling juara.

 

Permintaan akan bolu kojo terus meningkat, terutama saat Ramadan, Lebaran, dan acara hajatan. Ini membuka peluang usaha bagi para pelaku UMKM lokal.

Di beberapa pasar tradisional maupun toko oleh-oleh Palembang, bolu kojo menjadi salah satu produk yang paling diburu wisatawan.

 

“Satu hari bisa habis ratusan potong bolu kojo, apalagi kalau menjelang Lebaran,” kata Yanti, pemilik toko oleh-oleh “Sriwijaya Rasa” di kawasan Jakabaring.

Menurutnya, banyak pembeli dari luar kota yang sengaja membawa bolu kojo sebagai buah tangan karena dianggap mewakili cita rasa khas Palembang.

 

Tak hanya dipasarkan secara offline, banyak pula pelaku usaha yang memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menjual bolu kojo.

Di Instagram dan marketplace, bolu kojo hadir dengan kemasan menarik dan berbagai ukuran, memudahkan konsumen dari luar Palembang untuk menikmatinya.

 

Melihat potensi dan nilai budaya dari bolu kojo, pemerintah daerah dan komunitas kuliner di Sumatera Selatan mulai aktif mengangkat kue ini dalam berbagai ajang promosi wisata.

Dalam Festival Kuliner Palembang yang digelar Mei lalu, bolu kojo bahkan menjadi salah satu bintang utama yang disuguhkan kepada wisatawan lokal dan mancanegara.

 

“Kami ingin menunjukkan bahwa Palembang tidak hanya terkenal dengan pempek, tapi juga memiliki kekayaan kuliner lain yang tak kalah menarik,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sumsel, Rizal Fahlevi, saat pembukaan festival.

 

Bolu kojo juga menjadi materi edukasi dalam kegiatan pelatihan memasak yang diadakan di sekolah dan sanggar budaya.

Tujuannya adalah agar generasi muda tetap mengenal dan mencintai kuliner tradisional, sekaligus memberi bekal keterampilan yang dapat dikembangkan menjadi peluang usaha.

 

Meski popularitas bolu kojo meningkat, ada tantangan tersendiri dalam melestarikan cita rasa aslinya.

Beberapa pelaku industri makanan terkadang menggunakan bahan pengganti seperti pewarna sintetis atau santan instan demi efisiensi, yang bisa mengurangi keaslian rasa.

 

Namun, sejumlah pelaku usaha seperti Ibu Siti Aisyah tetap berkomitmen menggunakan bahan alami demi menjaga kualitas dan kepercayaan konsumen.

“Kalau kita ubah terlalu banyak, nanti hilang rasa aslinya.

Bagi saya, menjaga warisan itu penting,” tegasnya.

 

 

 

 

 

Dengan dukungan masyarakat, pelaku UMKM, dan pemerintah, bolu kojo diyakini tidak hanya akan terus lestari, tetapi juga bisa menjadi komoditas unggulan dari Palembang yang dikenal secara nasional bahkan internasional.

Kategori :