Sambal Colo-colo : Cita Rasa Pedas Khas Maluku yang Melegenda

Minggu 13-07-2025,09:16 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID — Di antara ragam kuliner nusantara yang kaya akan bumbu dan rempah, sambal tetap menjadi salah satu elemen penting dalam setiap hidangan Indonesia.

Dari Sabang hingga Merauke, hampir setiap daerah memiliki sambal khasnya masing-masing.

Salah satu sambal yang kini mulai menarik perhatian pencinta kuliner adalah Sambal Colo-colo, sambal khas dari tanah Maluku yang menyuguhkan cita rasa unik dan segar yang tak terlupakan.

 

Sambal Colo-colo bukan hanya sekadar pelengkap makanan. Ia merupakan bagian dari identitas budaya masyarakat Maluku, khususnya Ambon.

BACA JUGA:Jagung Bose : Pangan Tradisional Ntt Yang Kembali Bersinar Di Tengah Modernitas

BACA JUGA:Lezatnya Pindang Ogan: Resep Simpel dan Segar dari Dapur Rumahan

Terbuat dari bahan-bahan segar seperti cabai rawit, bawang merah, tomat, jeruk nipis, hingga daun kemangi, sambal ini menawarkan kombinasi rasa pedas, asam, dan segar yang menggugah selera.

 

Nama "Colo-colo" sendiri berasal dari cara penyajiannya yang khas, yaitu dengan mencampurkan semua bahan mentah secara langsung tanpa digerus atau diulek.

Istilah "colo-colo" dalam bahasa lokal berarti "dicocol" atau "dicampur", menggambarkan cara makan atau penyajian sambal ini yang sederhana namun sarat makna.

 

Sambal ini dikenal luas di kalangan masyarakat pesisir Maluku yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan.

BACA JUGA:Resep Banana Cake Kukus Lembut dan Praktis, Cocok untuk Camilan Keluarga

BACA JUGA:Roti Panggang, Kuliner Sederhana yang Tak Pernah Kehilangan Penggemar

Sambal Colo-colo menjadi teman setia saat menyantap ikan bakar segar hasil tangkapan laut.

Keunikannya terletak pada penggunaan air jeruk nipis atau jeruk kunci, kecap manis atau asin, dan minyak panas yang dituang di akhir, menciptakan sensasi rasa yang khas dan tak mudah dilupakan.

 

Berbeda dengan sambal pada umumnya yang cenderung halus karena diulek atau diblender, Sambal Colo-colo mempertahankan bentuk asli dari bahan-bahannya.

Potongan kasar dari cabai, bawang, dan tomat memberikan sensasi tekstur yang renyah saat disantap.

BACA JUGA:Omelette, Hidangan Sederhana yang Mendunia dan Penuh Kreasi

BACA JUGA:Telur Tahu Kukus Goreng : Sajian Sederhana yang Kian Populer di Meja Makan Keluarga Indonesia

Sementara air perasan jeruk memberikan rasa asam menyegarkan, daun kemangi menambahkan aroma khas yang memperkaya pengalaman kuliner.

 

"Rasanya itu segar sekali, tidak hanya pedas. Begitu kena lidah, ada kombinasi rasa asin, manis, asam, dan aroma rempah dari kemangi.

Apalagi kalau makannya pakai ikan bakar kakap atau tongkol, itu luar biasa," ujar Maria Pattiradjawane, seorang penjual ikan bakar di kawasan Pantai Natsepa, Ambon.

 

Maria mengatakan, sambal ini tidak hanya digunakan untuk ikan, tetapi juga cocok dipadukan dengan ayam bakar, tahu goreng, hingga nasi panas biasa.

"Yang penting sambalnya segar, bahan-bahannya baru. Jangan pakai tomat yang lembek atau jeruk yang tidak segar, nanti rasanya hambar," tambahnya.

 

Seiring dengan perkembangan zaman dan meluasnya pengaruh kuliner antar daerah, Sambal Colo-colo pun mulai mengalami variasi.

Beberapa penjual menambahkan irisan mangga muda, daun bawang, hingga cabai hijau untuk memberikan nuansa rasa yang berbeda.

 

Di beberapa restoran modern di Ambon dan Jakarta, sambal ini bahkan disajikan sebagai signature sauce untuk menu-menu fusion seperti grilled tuna steak, seafood platter, hingga nasi goreng Maluku.

 

"Orang Jakarta sekarang banyak yang suka makanan pedas tapi segar.

Colo-colo ini cocok banget karena tidak terlalu berminyak dan tetap ringan," ujar Chef Arief Rachman, pemilik restoran Nusantara Rasa di Jakarta Selatan.

 

Chef Arief juga menambahkan bahwa sambal Colo-colo kini menjadi inspirasi bagi berbagai kreasi menu baru.

"Kita juga bikin 'Colo-colo dressing' untuk salad seafood.

Banyak yang suka karena eksotik dan berbeda dari vinaigrette biasa."

 

Meskipun popularitasnya kian meningkat, para pegiat kuliner dan budayawan di Maluku berharap agar keaslian Sambal Colo-colo tetap dijaga.

Menurut Dosen Antropologi Universitas Pattimura, Dr. Liem Tetelepta, sambal ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga simbol kearifan lokal.

 

"Colo-colo adalah representasi budaya makan orang Maluku yang egaliter dan terbuka.

Sambal ini bisa disantap siapa saja, dari nelayan sampai pejabat, dan disajikan tanpa protokol yang rumit," katanya.

 

Ia menekankan pentingnya dokumentasi dan edukasi kuliner daerah, agar generasi muda tetap mengenal dan melestarikan sambal ini sebagai bagian dari warisan budaya.

 

Beberapa pengusaha lokal bahkan mulai memproduksi sambal Colo-colo dalam kemasan botol untuk dijual secara daring.

Meski tantangan dalam menjaga kesegaran dan keaslian rasa cukup besar, sambal ini diyakini memiliki potensi untuk menembus pasar internasional.

 

"Kalau Korea punya kimchi, Thailand punya nam prik, Indonesia juga bisa punya sambal seperti Colo-colo yang mendunia," ujar Rino Tuharea, pemilik UMKM sambal "Rasa Maluku" yang sudah menjual produknya ke Singapura dan Belanda.

 

 

 

 

 

Dengan karakteristik rasa yang khas, cerita budaya yang kuat, dan potensi pasar yang luas, Sambal Colo-colo bukan hanya sekadar bumbu pelengkap — tapi juga representasi semangat dan identitas kuliner Indonesia Timur yang layak diperhitungkan di kancah nasional dan global.

Kategori :