Laksa Ayam, Hidangan Tradisional yang Kian Populer di Kalangan Milenial

Rabu 16-07-2025,07:00 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID — Laksa ayam, salah satu kuliner tradisional khas Nusantara, tengah mengalami kebangkitan popularitas di kalangan generasi muda.

Dikenal dengan cita rasa kuah santannya yang gurih, aroma rempah yang kuat, serta perpaduan antara mi dan potongan daging ayam yang lembut, laksa ayam kini kembali naik daun berkat kreativitas para pelaku usaha kuliner dan media sosial.

 

Laksa merupakan hidangan berkuah yang memiliki akar budaya yang kuat di berbagai daerah di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Di Indonesia sendiri, laksa memiliki banyak varian daerah, mulai dari Laksa Betawi, Laksa Bogor, hingga Laksa Palembang.

BACA JUGA:Laksa Udang Pedas, Perpaduan Rasa Tradisional dan Sensasi Pedas yang Menggoda Selera

BACA JUGA:Sayur Sup Bening, Hidangan Sederhana Penuh Gizi yang Tetap Jadi Favorit Keluarga Indonesia

Salah satu jenis yang kini tengah digemari adalah laksa ayam — versi laksa yang menggunakan ayam sebagai sumber protein utama, menggantikan ikan atau udang.

 

“Laksa ayam ini banyak dipilih karena bahan utamanya mudah didapat dan lebih familier di lidah masyarakat Indonesia,” ujar Diah Ayu, seorang pakar kuliner Nusantara.

 

Dalam laksa ayam, biasanya digunakan ayam kampung yang direbus hingga empuk, lalu disuwir dan dicampur dalam kuah santan yang dimasak dengan berbagai bumbu seperti serai, kunyit, lengkuas, kemiri, dan bawang-bawangan.

Hidangan ini disajikan bersama mi kuning atau bihun, dilengkapi telur rebus, taoge, dan taburan daun kemangi atau daun bawang.

BACA JUGA:Miso Soup : Sup Tradisional Jepang yang Menyehatkan dan Mendunia

BACA JUGA:Tom Yum Udang : Perpaduan Sempurna Asam Pedas Khas Thailand yang Menggoda Selera

 

Dalam beberapa tahun terakhir, laksa ayam mulai banyak ditampilkan di media sosial sebagai makanan rumahan yang bisa tampil “aesthetic” di foto.

Hal ini tidak lepas dari tren kuliner lokal yang digemari oleh generasi milenial dan Gen Z yang mulai menggali kembali warisan budaya, termasuk makanan tradisional.

 

Salah satu restoran yang sukses membawa laksa ayam ke ranah kekinian adalah “Laksa Lokal” di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Pemiliknya, Dinda Ramadhani (29), menyebut bahwa laksa ayam menjadi menu terlaris sejak mereka membuka usaha di awal 2023.

BACA JUGA:Steamboat Suki : Sensasi Kuliner Menyatu dengan Tradisi dan Keunikan Rasa

BACA JUGA:Churros Cokla t: Camilan Manis Renyah yang Kembali Jadi Tren di Kalangan Anak Muda

 

“Awalnya kami ragu karena laksa dikenal sebagai makanan ‘jadul’.

Tapi setelah kami kreasikan tampilannya dan tetap menjaga rasa aslinya, ternyata respons pasar sangat positif,” kata Dinda.

 

Dengan sentuhan modern seperti penyajian dalam mangkuk bergaya Jepang dan topping tambahan seperti telur onsen dan jamur enoki goreng, laksa ayam kini tidak hanya memikat lidah, tetapi juga mata.

 

Popularitas laksa ayam juga membawa dampak positif bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Banyak penjual laksa rumahan yang kini memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk mereka, baik melalui aplikasi pesan-antar makanan maupun media sosial.

 

“Saya dulu hanya jualan laksa ayam di warung depan rumah.

Sekarang, pesanan datang dari berbagai penjuru kota lewat Instagram,” ungkap Ibu Rini, pelaku UMKM asal Tangerang.

Ia mengaku omset hariannya meningkat dua kali lipat sejak mulai promosi daring.

 

Pemerintah pun turut mendukung perkembangan makanan tradisional seperti laksa ayam dengan program pelatihan dan promosi kuliner daerah.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan kuliner lokal sebagai salah satu ujung tombak promosi budaya Indonesia.

 

“Laksa ayam adalah contoh nyata bagaimana makanan tradisional bisa relevan dengan zaman, bahkan jadi peluang ekonomi,” ujar Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam salah satu seminar kuliner.

 

Meski mengandung santan, laksa ayam dianggap lebih sehat dibanding beberapa makanan cepat saji lain.

Hal ini karena penggunaan bahan segar seperti rempah alami dan daging ayam tanpa pengawet.

Versi sehat dari laksa ayam juga mulai bermunculan, seperti penggunaan santan rendah lemak, bihun shirataki, dan ayam tanpa kulit.

 

“Kalau dimasak dengan benar dan tidak berlebihan dalam penggunaan minyak, laksa ayam bisa menjadi pilihan makanan bergizi,” jelas dr. Raka Permadi, ahli gizi dari RSUD Fatmawati.

 

Kehadiran laksa ayam sebagai ikon kuliner tradisional yang mampu menembus pasar modern membuktikan bahwa warisan budaya bisa terus hidup jika dikelola secara kreatif.

Dengan kombinasi rasa yang khas, tampilan yang menggugah selera, serta adaptasi terhadap tren pasar, laksa ayam berhasil menjembatani masa lalu dan masa kini.

 

 

 

 

 

Tidak berlebihan jika laksa ayam kini bukan hanya makanan nostalgia, tapi juga bagian dari gaya hidup urban yang bangga akan identitas lokal.

Kategori :