Bumbu kacangnya mengandung lemak sehat dari kacang tanah dan antioksidan dari rempah-rempah.
BACA JUGA:Nasi Goreng : Warisan Rasa Nusantara yang Mendunia
BACA JUGA:Tahu Campur : Cita Rasa Khas Jawa Timur yang Tak Lekang oleh Waktu
Menurut dr. Santi Widjaja, seorang ahli gizi di Jakarta, gado-gado bisa menjadi pilihan ideal bagi vegetarian dan vegan.
“Dalam satu porsi gado-gado, kita sudah mendapatkan kombinasi karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Asalkan bumbu kacangnya tidak terlalu banyak gula atau garam, ini sangat cocok untuk pola makan sehat,” ujarnya.
Di era modern ini, gado-gado mengalami berbagai inovasi. Beberapa restoran di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya mulai menyajikan gado-gado dalam bentuk yang lebih elegan dan kreatif.
Ada yang menyajikannya dalam bentuk salad bowl, wrap, hingga sandwich. Namun, esensinya tetap sama — perpaduan sayur dan bumbu kacang.
Restoran vegan internasional bahkan menjadikan gado-gado sebagai menu utama. Di New York dan London, misalnya, gado-gado dikenal sebagai “Indonesian Salad with Peanut Dressing” dan menjadi favorit banyak kalangan.
Chef Gordon Ramsay, dalam sebuah acara televisi kuliner internasional, pernah memuji kelezatan gado-gado dan menyebutnya sebagai "a masterpiece of tropical flavors."
Di tengah globalisasi dan masuknya budaya asing, penting bagi generasi muda untuk tetap melestarikan makanan tradisional seperti gado-gado.
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga terus mendorong promosi kuliner lokal, termasuk gado-gado, sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, dalam pernyataannya beberapa waktu lalu mengatakan bahwa kuliner adalah bagian penting dari daya tarik wisata Indonesia.
“Makanan tradisional seperti gado-gado adalah kekayaan yang tidak boleh hilang. Kita harus mempromosikannya ke dunia, baik melalui festival, media sosial, maupun melalui diaspora Indonesia di luar negeri,” ujarnya.
Salah satu upaya pelestarian tersebut terlihat dalam ajang “Festival Kuliner Nusantara” yang digelar setiap tahun di berbagai kota besar. Di festival ini, gado-gado selalu menjadi primadona yang menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
Di balik popularitas gado-gado, terdapat kisah inspiratif dari para pedagang kaki lima yang menjajakan makanan ini sejak puluhan tahun lalu. Salah satunya adalah Bu Sri, pedagang gado-gado di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.