PALPOS.ID - Di tengah gempuran kuliner modern dan tren makanan cepat saji, Nasi Jamblang tetap berdiri kokoh sebagai salah satu ikon kuliner tradisional yang paling dicari di Cirebon.
Makanan khas yang berasal dari daerah Jamblang, Kabupaten Cirebon ini, tidak hanya menawarkan kelezatan rasa, tetapi juga sarat dengan nilai sejarah dan budaya lokal.
Nasi Jamblang terkenal dengan ciri khas penyajiannya menggunakan daun jati. Nasi putih dibungkus daun jati dan disajikan bersama beragam lauk pauk dalam sistem prasmanan.
Aroma khas daun jati yang menyatu dengan nasi, ditambah variasi lauk pauk yang menggugah selera, menjadikan kuliner ini istimewa dan tak tertandingi.
BACA JUGA:Rujak Soto : Perpaduan Kuliner Unik yang Menggugah Selera
BACA JUGA:Nasi Sumsum : Kuliner Tradisional yang Kaya Rasa dan Nutrisi
Nasi Jamblang bukan sekadar makanan, melainkan peninggalan sejarah yang erat kaitannya dengan masa penjajahan Belanda.
Konon, nasi ini pertama kali dibuat untuk memenuhi kebutuhan makan para pekerja paksa yang membangun jalan raya Anyer–Panarukan pada era pemerintahan Daendels.
Dalam kondisi kerja yang berat dan memakan waktu, makanan yang praktis namun tahan lama sangat dibutuhkan.
Daun jati dipilih sebagai pembungkus nasi karena memiliki kelebihan dalam menjaga kelembaban dan kesegaran nasi meskipun disimpan dalam waktu lama.
BACA JUGA:Nasi Timbel, Kuliner Khas Sunda yang Tetap Jadi Primadona di Tengah Gempuran Makanan Modern
BACA JUGA:Cimol Pedas, Camilan Kekinian yang Bikin Lidah Bergoyang
Selain itu, bahan alami ini juga mudah diperoleh di kawasan Jamblang, tempat asal makanan ini.
Seiring waktu, nasi bungkus daun jati ini berkembang menjadi sajian khas masyarakat Cirebon.
Kini, Nasi Jamblang tidak hanya dinikmati oleh warga lokal, tetapi juga menjadi incaran para wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke kota udang ini.
Salah satu daya tarik utama Nasi Jamblang adalah pilihan lauknya yang sangat beragam. Mulai dari sambal goreng kentang, perkedel, tahu-tempe goreng, ikan asin, sate kentang, sambal merah, hingga lauk yang lebih berat seperti cumi hitam, paru goreng, empal, dan telur dadar.
BACA JUGA:Mie Koclok : Kuliner Khas Cirebon yang Kaya Rasa dan Sejarah
BACA JUGA:Kerak Telor : Warisan Kuliner Betawi yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi
Semua lauk disajikan dalam porsi kecil agar pembeli bisa mencicipi berbagai jenis dalam satu waktu makan.
Harga yang ditawarkan pun sangat bersahabat. Dengan Rp15.000 hingga Rp30.000, pengunjung sudah bisa menikmati sepiring Nasi Jamblang lengkap dengan 3–4 lauk pilihan.
Sistem prasmanan membuat pengalaman makan menjadi lebih personal, karena pengunjung bisa memilih langsung sesuai selera.
Di Cirebon, terdapat beberapa warung Nasi Jamblang yang telah melegenda, salah satunya adalah “Nasi Jamblang Ibu Nur” yang terletak di Jalan Cangkring II.
Warung ini sudah beroperasi sejak tahun 1970-an dan tetap ramai hingga hari ini. Setiap hari, antrian panjang terlihat mengular sejak pagi hingga siang hari.
“Yang bikin beda itu rasa cumi hitamnya. Bumbunya meresap dan rasanya selalu konsisten dari dulu,” ujar Dewi, salah satu pengunjung asal Bandung yang rutin mampir setiap kali ke Cirebon.
Selain Ibu Nur, ada juga “Nasi Jamblang Mang Dul” yang berlokasi dekat alun-alun Kejaksan.
Warung ini juga tak kalah populer, dengan sistem buka 24 jam dan ramai terutama pada malam hari. Banyak pengunjung luar kota bahkan datang hanya untuk menikmati sepiring nasi khas ini.
Pemerintah Kota Cirebon telah beberapa kali mengusulkan agar Nasi Jamblang dimasukkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia.
Langkah ini diambil untuk melestarikan keberadaan kuliner tradisional sekaligus mengenalkan potensi daerah kepada dunia luar.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kuliner lokal seperti Nasi Jamblang dan Empal Gentong mulai mendapat perhatian serius.
Kami ingin generasi muda juga mengenal dan bangga dengan warisan kuliner daerahnya,” ujar Dedi Aryanto, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon.
Upaya pelestarian juga dilakukan oleh sejumlah komunitas kuliner dan pelaku UMKM lokal.
Mereka kerap mengadakan festival kuliner Cirebon yang menampilkan berbagai olahan tradisional, termasuk Nasi Jamblang.
Cirebon memang dikenal sebagai kota tujuan wisata religi dan budaya, namun pesona kulinernya tak kalah menarik. Bagi wisatawan, menyantap Nasi Jamblang bisa menjadi pengalaman otentik yang meninggalkan kesan mendalam.
“Saya sudah keliling ke banyak kota di Indonesia, tapi belum ada yang seperti Nasi Jamblang. Simpel, enak, dan ada nilai sejarahnya.
Ini salah satu alasan saya kembali ke Cirebon,” kata Johan, wisatawan asal Surabaya yang sedang berlibur bersama keluarganya.
Dengan keunikan rasa, tampilan, dan sejarahnya, tak heran jika Nasi Jamblang semakin dilirik sebagai daya tarik utama wisata kuliner di Cirebon.
Bahkan beberapa restoran di Jakarta dan Bandung mulai menghadirkan konsep serupa, meskipun tetap saja, cita rasa otentik Nasi Jamblang paling terasa di tanah kelahirannya.
Di tengah cepatnya perubahan zaman dan tren makanan kekinian, Nasi Jamblang tetap mempertahankan eksistensinya sebagai simbol kuliner tradisional yang kuat.
Tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga menghidangkan cerita masa lalu, kearifan lokal, dan cita rasa yang tak mudah dilupakan.
Sebagai bagian dari kekayaan kuliner nusantara, Nasi Jamblang layak untuk terus dijaga dan dikenalkan lebih luas – bukan hanya kepada wisatawan, tapi juga kepada generasi muda yang akan menjadi pewaris budaya bangsa.