“Saya pikir cuma ramai seminggu dua minggu. Ternyata sampai sekarang nggak berhenti. Orang-orang datang karena penasaran,” katanya.
BACA JUGA:Soto Lamongan Kian Mendunia, Pedagang Nikmati Lonjakan Permintaan
BACA JUGA:Sop Kambing Masih Jadi Primadona Kuliner Nusantara, Penjual Panen Peminat di Musim Hujan
Tapi ia menegaskan bahwa kualitas bahan tetap menjadi prioritas. Kerang yang digunakan selalu kerang dara segar yang dikirim dari daerah pesisir setiap pagi.
“Kuncinya di bahan dan bumbu. Kerang tidak boleh amis, kwetiau harus lembut tapi tidak putus saat ditumis. Kalau kualitas turun, pelanggan langsung kabur,” ujarnya.
Meski menggunakan peralatan sederhana, teknik memasak di warung ini cukup terukur. Wajan besi yang dipakai sudah berumur lebih dari lima tahun—menurut Bang Udin, justru wajan tua itu yang memberikan aroma smoky khas.
Proses memasak dimulai dari menumis bawang putih cincang hingga kecoklatan. Setelah itu, kerang segar yang sudah direbus setengah matang dimasukkan untuk mengeluarkan aroma gurihnya.
Kwetiau basah kemudian ditambahkan bersama kecap asin, saus tiram, merica, dan sedikit kaldu gurih.
Semua diaduk cepat dengan api besar sehingga menciptakan efek “wok hei”—aroma asap yang menjadi magnet bagi para pelanggan.
“Kalau dimasak kebanyakan, rasa tidak keluar. Makanya saya selalu batasi per wajan maksimal dua porsi,” kata Bang Udin.
Kesuksesan kwetiau kerang Bang Udin membuat banyak pedagang baru bermunculan di sekitar wilayah tersebut. Namun ia tidak merasa tersaingi. “Rezeki sudah ada yang ngatur. Yang penting tetap jaga rasa,” katanya santai.
Meski begitu, ia mengaku mulai mempertimbangkan untuk membuka cabang kedua. Beberapa investor kecil sudah mengajukan kerja sama, namun hingga kini ia masih pikir-pikir.
“Saya tidak mau asal buka. Kalau kualitas nggak bisa saya kontrol, nama baik bisa rusak,” ujarnya.
Pengamat kuliner jalanan, Randy Satrio, melihat tren kwetiau kerang sebagai bagian dari kebangkitan kuliner berbasis seafood yang mudah diadaptasi oleh pedagang kecil.
“Kwetiau kerang itu unik. Bahan mudah didapat, modal kecil, tapi secara rasa bisa sangat memuaskan. Sebagai makanan malam, ini punya keunggulan karena tidak terlalu berat tapi tetap mengenyangkan,” ujar Randy.
Ia juga menilai bahwa efek media sosial berperan besar dalam membuat makanan ini semakin dikenal. “Video singkat dengan asap mengepul dan proses tumis cepat itu sangat menarik untuk ditonton. Viral pun jadi lebih mudah.”