Alih-alih hanya menggunakan gochujang dan bubuk cabai Korea, mereka mencampurkan cabai rawit atau sambal khas Indonesia untuk menghasilkan pedas yang lebih familiar.
BACA JUGA:Tahu Isi Ayam Suwir Jadi Primadona Baru di Pasar Kuliner Lokal
BACA JUGA:Sayur Urap : Kuliner Tradisional yang Menyimpan Ragam Manfaat Sehat
Selain tingkat kepedasan, tekstur kaki ayam yang kenyal juga menjadi tantangan bagi sebagian orang yang belum terbiasa.
Karena itu, sejumlah restoran memberikan beberapa varian pengolahan, seperti dakbal bakar, dakbal goreng crispy, hingga dakbal keju yang lebih lembut dan creamy. Variasi ini membuat dakbal semakin dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Seorang pengunjung di Bandung mengatakan bahwa ia awalnya ragu mencoba dakbal karena membayangkan tekstur kaki ayam yang tidak biasa.
Namun setelah mencoba versi panggang yang lebih renyah, ia mengaku ketagihan. “Awalnya cuma ikut-ikutan, tapi ternyata enak. Apalagi kalau makan bareng teman-teman,” katanya.
Tak hanya menjadi tren kuliner, dakbal juga memberikan peluang usaha baru bagi pelaku UMKM. Harga bahan baku kaki ayam relatif murah dan mudah ditemukan, sehingga banyak penjual makanan rumahan mulai bereksperimen membuat versi mereka sendiri.
Di marketplace dan layanan pesan antar, kini muncul puluhan brand lokal yang menjual dakbal dalam kemasan beku (frozen food) maupun siap santap.
Beberapa pelaku UMKM melaporkan bahwa penjualan dakbal frozen meningkat pesat karena mudah dikirim ke luar kota.
Konsumen yang tinggal jauh dari pusat kuliner Korea dapat menikmati dakbal dengan hanya memanaskannya di rumah.
Selain itu, maraknya budaya nonton drama Korea juga berperan besar. Dalam beberapa adegan drama, tokoh-tokoh sering terlihat menikmati dakbal sambil berkumpul.
Adegan-adegan tersebut secara tidak langsung menjadi promosi gratis yang menarik minat penonton untuk mencoba hidangan serupa.
Walaupun tren dakbal saat ini sedang naik daun, beberapa pelaku usaha tetap mewaspadai tantangan yang mungkin muncul, seperti fluktuasi harga bahan baku, persaingan antar penjual, hingga kekhawatiran sebagian konsumen mengenai kebersihan kaki ayam sebagai bahan utama.
Karena itu, edukasi kepada konsumen dan penggunaan bahan baku berkualitas menjadi kunci keberhasilan pelaku usaha dakbal di Indonesia.
Meski demikian, potensi pengembangan dakbal masih sangat besar. Dengan kreativitas pengusaha lokal, kemungkinan munculnya resep-resep fusion seperti dakbal sambal matah, dakbal bumbu rujak, atau dakbal balado bukanlah hal yang mustahil.