Dari hasil musyawarah tersebut, muncul kesepakatan untuk mengubah nama calon daerah otonomi baru menjadi Kabupaten Musi Ilir.
BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Sumatera Selatan: Wacana Pembentukan Kabupaten Gelumbang Lebih Dekat ke Palembang
Nama ini dipilih karena dinilai lebih mencerminkan identitas geografis, historis, dan kultural masyarakat yang hidup di kawasan hilir Sungai Musi—wilayah yang sejak dahulu menjadi nadi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
Perubahan nama ini juga menjadi simbol keseriusan perjuangan rakyat Musi Ilir dalam membentuk entitas administratif baru yang memiliki jati diri sendiri, terlepas dari Kabupaten Musi Banyuasin sebagai daerah induk.
Wilayah Administratif dan Rencana Ibukota
Secara administratif, calon Kabupaten Musi Ilir direncanakan akan terdiri dari lima kecamatan, yakni:
Kecamatan Lawang Wetan
Kecamatan Babat Toman
Kecamatan Sanga Desa
Kecamatan Plakat Tinggi
Kecamatan Batang Hari Leko
Dari lima kecamatan tersebut, Kecamatan Babat Toman diusulkan sebagai ibukota kabupaten.
Penetapan ini didasarkan pada sejumlah pertimbangan strategis, seperti ketersediaan infrastruktur dasar, posisi geografis yang relatif sentral, serta aksesibilitas yang lebih baik dibandingkan kecamatan lainnya.
Logo dan Semboyan, Simbol Identitas Daerah
Sebagai bentuk kesiapan menuju DOB, Presidium Pembentukan Kabupaten Musi Ilir telah merancang logo dan semboyan daerah.
Logo Musi Ilir berbentuk perisai berwarna oranye dengan simbol pompa angguk, padi, dan kapas.
Elemen tersebut melambangkan kekayaan sumber daya alam, sektor pertanian, serta ketahanan ekonomi masyarakat Musi Ilir.
Sementara itu, semboyan “Rembak Adek-Badek” dipilih sebagai spirit utama daerah.