Iklan BANNER PEMUTIHAN PAJAK PEMPROV SUMSEL
Iklan Astra Motor

Lemper : Penganan Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Gempuran Makanan Modern

Lemper : Penganan Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Gempuran Makanan Modern

Di balik gurihnya ketan dan ayam suwir, lemper menyimpan filosofi tentang kebersamaan dan kehangatan keluarga.-Fhoto: Istimewa-

Lemper kini tak hanya dibungkus daun pisang, tetapi juga bisa ditemukan dalam kemasan plastik higienis, bahkan dalam bentuk “lemper bakar” atau “lemper sushi” yang disajikan ala Jepang.

Salah satu pengusaha kuliner, Rani Utami (34), mengembangkan bisnis lemper premium dengan merek "Lemper Rasa Nusantara" sejak tahun 2020.

BACA JUGA:Gulai Cancang : Warisan Rasa dari Ranah Minang yang Menggoda Lidah

BACA JUGA:Kalio Daging : Warisan Kuliner Minang yang Menggoda Selera Nusantara

Ia menyulap camilan tradisional ini menjadi produk kekinian dengan berbagai inovasi, seperti lemper isi tuna pedas, rendang, hingga ayam taliwang.

“Anak-anak muda sekarang butuh tampilan yang menarik. Tapi rasa tetap yang utama. Saya mempertahankan resep keluarga untuk bumbu ayam suwirnya, tapi tampilannya dibuat lebih modern,” ujarnya saat diwawancarai di gerai miliknya di Jakarta Selatan.

Dalam sehari, gerai Rani bisa menjual hingga 500 lemper berbagai varian. Ia juga menjalin kerja sama dengan platform daring untuk menjangkau konsumen yang lebih luas.

Digitalisasi turut mengangkat pamor lemper. Melalui media sosial seperti Instagram dan TikTok, lemper menjadi bintang dalam berbagai konten kuliner.

Banyak food vlogger mengulas lemper dengan antusias, membandingkan rasa antar-penjual, hingga memberi tips membuat lemper sendiri di rumah.

Selain itu, lemper kerap menjadi bagian dari festival kuliner daerah maupun nasional. Dalam acara Festival Kuliner Nusantara 2025 yang digelar di Yogyakarta pada Agustus lalu, stan lemper justru menjadi salah satu yang paling ramai.

Banyak pengunjung ingin mencicipi berbagai inovasi lemper dari berbagai daerah, termasuk lemper isi ikan asap dari Kalimantan dan lemper daging asap dari Sumatera Barat.

Menurut Chef Dedy Santoso, juri dalam acara tersebut, lemper adalah contoh nyata bahwa makanan tradisional bisa terus berkembang tanpa kehilangan identitasnya.

“Kunci agar kuliner tradisional tetap eksis adalah inovasi yang menghormati akar budaya. Lemper membuktikan bahwa makanan sederhana pun bisa naik kelas tanpa kehilangan ruh-nya,” jelasnya.

Meski sudah banyak versi modern, banyak keluarga yang masih mempertahankan resep tradisional lemper sebagai warisan turun-temurun.

Seperti keluarga Sumarni (65), warga Solo, yang masih rutin membuat lemper setiap kali ada acara keluarga.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: