Iklan BANNER PEMUTIHAN PAJAK PEMPROV SUMSEL
Iklan Astra Motor

Telur Geprek, Kuliner Sederhana yang Meledak Jadi Tren di Kalangan Anak Muda

Telur Geprek, Kuliner Sederhana yang Meledak Jadi Tren di Kalangan Anak Muda

Telur geprek, kuliner sederhana berbahan dasar telur goreng dan sambal bawang-Fhoto: Istimewa-

“Kalau ayam geprek mahal, minimal Rp20 ribu. Tapi telur geprek cukup Rp10 ribu udah kenyang banget.

Apalagi kalau sambalnya banyak, bisa nambah nasi,” ujar Rizky (21), mahasiswa di Jakarta yang mengaku makan telur geprek hampir setiap hari.

BACA JUGA:Cumi Balado : Sensasi Pedas Gurih yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu

BACA JUGA:Ayam Balado, Hidangan Pedas Khas Minang yang Menembus Selera Nusantara

Tak butuh waktu lama hingga muncul beragam inovasi dari para penjual. Kini, telur geprek tak lagi hanya sekadar telur goreng biasa.

Banyak warung yang menambahkan variasi seperti telur geprek keju leleh, telur geprek sambal matah, hingga telur geprek level pedas 1–10.

Beberapa restoran cepat saji lokal bahkan mulai memasukkan menu ini ke dalam daftar resmi mereka. “Kami melihat tren telur geprek ini sangat potensial.

Selain ekonomis, pelanggan muda menyukai sensasi pedas dan sederhana. Maka kami coba kembangkan versi premium dengan tambahan topping seperti ayam suwir dan sambal roa,” ujar Budi Santoso, manajer pemasaran salah satu jaringan kuliner di Jakarta.

Inovasi ini menjadikan telur geprek bukan sekadar makanan kaki lima, tetapi juga hidangan yang bisa bersaing di pasar kuliner modern.

Selain faktor ekonomi dan rasa, telur geprek juga menjadi semacam simbol gaya hidup bagi kalangan muda.

Banyak mahasiswa yang menjadikan makan telur geprek sebagai bagian dari aktivitas harian mereka — dari nongkrong di kantin, makan siang cepat di sela kuliah, hingga makan malam hemat di kos.

“Telur geprek itu sudah kayak budaya. Kalau akhir bulan, semua teman kos pasti makan itu,” canda Nadia (20), mahasiswi asal Malang.

Fenomena ini juga mendorong munculnya banyak konten di media sosial. Tagar #TelurGeprekChallenge, misalnya, sempat viral di TikTok, di mana pengguna mencoba membuat sambal super pedas dan menantang teman-teman mereka untuk mencicipinya.

Popularitas telur geprek memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan bagi pedagang kecil. Banyak warung tenda dan penjual kaki lima melaporkan peningkatan omzet sejak mereka mulai menjual menu ini.

Menurut data informal dari beberapa asosiasi pedagang kuliner, penjualan telur meningkat sekitar 15–20% dalam tiga bulan terakhir, terutama di kota-kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: