Bubur Sumsum, Kuliner Tradisional Nusantara yang Tak Lekang oleh Waktu
Lembut, manis, dan penuh kenangan.-Fhoto: Istimewa-
Di Bali, ada versi yang disebut bubuh sumsum, yang kerap disajikan dalam upacara keagamaan dengan tambahan taburan kelapa parut. Sementara di Sumatra, beberapa daerah menambahkan sedikit durian atau pisang untuk memperkaya rasa.
Meski tampak sederhana, bubur sumsum memiliki nilai gizi yang cukup baik. Tepung beras mengandung karbohidrat kompleks yang menjadi sumber energi.
BACA JUGA:Mengenal Onde-onde: Camilan Tradisional yang Tetap Digemari di Era Modern
BACA JUGA:Klepon, Camilan Tradisional Nusantara yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi
Santan memberikan lemak baik, sementara gula merah kaya akan zat besi dan antioksidan alami. Tak heran, makanan ini sering dijadikan pilihan sarapan atau camilan sehat, terutama bagi anak-anak dan lansia.
Selain itu, bubur sumsum juga dipercaya memiliki manfaat bagi pencernaan. Teksturnya yang lembut memudahkan tubuh mencerna, sehingga cocok dikonsumsi bagi mereka yang sedang dalam masa pemulihan atau memiliki masalah pencernaan.
Dalam pengobatan tradisional Jawa, bubur sumsum sering diberikan untuk membantu menetralkan perut yang terasa perih akibat maag atau asam lambung.
Meski zaman terus berubah, bubur sumsum tidak kehilangan tempat di hati masyarakat. Kini, banyak pelaku usaha kuliner yang menghadirkan bubur sumsum dalam tampilan modern.
Beberapa kafe dan restoran tradisional menawarkan bubur sumsum latte dengan tambahan susu segar, atau bubur sumsum pandan dengan warna hijau alami yang menarik.
Di media sosial, bubur sumsum kerap viral karena tampilannya yang cantik dan menggugah selera.
Generasi muda mulai kembali melirik kuliner ini sebagai bagian dari tren “kembali ke tradisi”, di mana makanan-makanan klasik diangkat kembali dengan sentuhan estetika dan kemasan modern. Meski begitu, rasa autentik bubur sumsum tetap menjadi daya tarik utama yang tak tergantikan.
Pemerintah dan berbagai komunitas kuliner turut berperan dalam melestarikan bubur sumsum sebagai bagian dari identitas kuliner Indonesia.
Beberapa daerah bahkan mengadakan festival bubur sumsum, seperti di Yogyakarta dan Surabaya, yang menampilkan lomba memasak, pameran produk UMKM, serta edukasi tentang sejarah dan filosofi makanan tradisional.
Selain itu, usaha kecil menengah (UKM) turut menjadi garda terdepan dalam mempertahankan eksistensi bubur sumsum.
Dengan kemasan modern dan distribusi melalui platform daring, para pelaku usaha mampu memperluas pasar hingga ke luar negeri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


