Inovasi Desa yang Menyatukan Kearifan Lokal dan Sains Modern
PEP Pendopo Field meluncurkan Gerakan Perempuan Lestarikan Alam Melalui Konservasi Pinang (GEMILANG)-Foto:dokumen palpos-
Perlahan, masalah mulai terurai dan harapan baru muncul. Desa Sukakarya bangkit menjadi contoh bagaimana kearifan lokal berpadu dengan sains modern untuk menjawab persoalan sehari-hari.
Awalnya, GEMILANG fokus pada pengolahan buah pinang menjadi produk bernilai tambah seperti bandrek pinang, kopi pinang, dan permen.
Namun, tantangan besar tetap ada, kadar Fe berlebih membuat air pematang menguning, padi tumbuh kerdil, dan produktivitas merosot hingga 80 persen. Pada 2018, lebih dari 20 hektar sawah gagal panen.
BACA JUGA:Cekcok dengan Istri, Warga di Musi Rawas Ditemukan Tak Bernyawa di Kebun
BACA JUGA:Pertamina EP Pendopo Field Tanam 2.000 Pohon Pinang Betara di Musi Rawas
Solusi akhirnya datang dari kebun sendiri. Pinang yang selama ini dianggap tanaman pinggiran ternyata mampu menekan kadar besi dalam tanah.
Temuan ini membuka harapan baru: tanah kembali subur, tanaman pulih, dan panen meningkat.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian akademisi. Bersama Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Pertamina EP Pendopo Field melakukan riset lanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan pinang mengandung tanin dan polifenol, senyawa alami yang mampu menekan reaksi oksidasi logam.
Dari riset ini lahirlah inovasi serbuk pinang fermentasi. Prosesnya sederhana: buah pinang kering ditumbuk, difermentasi dengan etanol 70 persen, lalu larutannya disemprotkan ke lahan.
Sisa kulit diolah menjadi kompos organik. Kini, lebih dari 270 petani telah mengadopsi metode ini, sehingga risiko gagal panen semakin kecil.
Manfaat pinang tidak berhenti di sawah. Anggota KWT Melati memanfaatkan daun pinang untuk menghasilkan kain eco-print bernilai seni.
Dengan pendampingan dari Kanantra Danantra, sebuah brand fesyen berkelanjutan, kelompok ini mampu memproduksi rata-rata tujuh lembar kain per bulan dengan nilai jual sekitar Rp400 ribu per lembar.
Aktivitas ini membuka ruang kerja bagi 30 perempuan, termasuk tujuh penyandang disabilitas.
“Bagi mereka, ini bukan sekadar penghasilan, tetapi soal harga diri dan kebanggaan,” ujar Suhartini.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


