JBI OKU Rehabilitasi Kawasan Hutan dan DAS dengan Kearifan Lokal

JBI OKU Rehabilitasi Kawasan Hutan dan DAS dengan Kearifan Lokal

Pendiri Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia Kabupaten OKU, Hendra Setyawan. -Palpos.id-

BATURAJA, PALPOS.ID - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten OKU, melakukan program rehabilitasi kawasan hutan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan memanfaatkan kearifan lokal.

Pendiri JBI Kabupaten OKU, Hendra Setyawan, Kamis 06 Oktober 2022 menyampaikan, pengelolaan DAS harus mengedepankan kearifan lokal masyarakat suku Ogan.

"Saya mengangkat salah satunya Prasasti Talang Tuo peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dibuat pada tahun 684 Masehi yang ditemukan oleh Residen Palembang Louis Constant Westernek di Kaki Bukit Siguntang, Sumatera Selatan pada 17 November 1920 silam," kata Hendra.

Bila dikaji dari teks Prasasti Talang Tuo, amanat yang tertulis bukan hanya ditujukan kepada masyarakat Sumatera Selatan saja.

BACA JUGA:Ratusan Hektare Pohon Duku di OKU Mati Diserang Hama

Melainkan juga seluruh dunia untuk melestarikan berbagai tanaman peninggalan nenek moyang tersebut.

"Misalnya tanaman kelapa, pinang, aren, bambu, dan berbagai pohon buah lainnya yang bermanfaat untuk penataan hutan dan air DAS. Pola ini sudah dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya leluhur kita sejak 1.600 tahun yang lalu agar menjaga alam dengan baik," kata Hendra.

Oleh sebab itu, Jejak Bumi Indonesia saat ini melakukan gerakan menanam jenis pohon tersebut untuk menjaga kearifan lokal dan kawasan hutan serta DAS agar tetap lestari.

"Apalagi kondisi hutan dan DAS Indonesia dalam kondisi kurang baik sehingga kita harus kembali dengan kearifan lokal melalui gerakan menanam pohon," katanya.

Gerakan menanam pohon ini juga, kata dia, sejalan dengan program tanam 1 miliar pohon di beberapa kabupaten/kota di Sumsel yang digagas JBI sejak beberapa tahun silam.

BACA JUGA:Distan OKU Sebut Ratusan Batang Pohon Duku Mati Akibat Karat Daun

Dalam gerakan ini pihaknya telah menanam ratusan ribu bibit pohon produktif di lahan kritis, termasuk DAS agar menjadi produktif dan lestari.

"Hutan merupakan ekosistem yang paling beragam di bumi karena di sanalah mayoritas besar spesies makhluk hidup yang ada di bumi tinggal sehingga harus kita jaga kelestariannya bersama-sama," ujarnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: