Harga Batu Bara Anjlok di Pasar Global: Terdampak Penurunan Permintaan Energi Fosil

Harga Batu Bara Anjlok di Pasar Global: Terdampak Penurunan Permintaan Energi Fosil

Harga Batu Bara Anjlok di Pasar Global: Terdampak Penurunan Permintaan Energi Fosil.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id

Pada saat ini, harga komoditas tersebut telah berada di bawah US$140 per ton, angka yang memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri energi, termasuk para eksportir utama seperti Indonesia dan Australia.

Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu negara penghasil dan eksportir batu bara terbesar di dunia, sangat terdampak oleh penurunan harga ini. 

Berdasarkan data yang diperoleh dari Databoks, pada tahun 2023 Indonesia menjadi negara pengekspor batu bara terbesar di dunia dengan volume ekspor mencapai 500 juta ton, atau sekitar 34,1% dari total pasokan ekspor global. 

BACA JUGA:Pengusaha Batu Bara Sukses Tanpa Lulus Sekolah: Kisah Inspiratif Empat Raja Batu Bara Indonesia

BACA JUGA:Nekat Melintas di Jalan Lingkar Prabumulih, Belasan Truk Batu Bara Diamankan Tim Gabungan

Sementara itu, Australia berada di posisi kedua dengan volume ekspor sebesar 348 juta ton, atau sekitar 23,7% dari total pasokan global.

Penurunan harga ini juga mempengaruhi permintaan dari negara-negara konsumen utama batu bara, seperti China dan India, yang mulai mengurangi impor batu bara seiring dengan pergeseran kebijakan energi yang lebih berfokus pada sumber energi ramah lingkungan.

Kondisi Saham Emiten Batu Bara Indonesia

Di tengah penurunan harga batu bara, beberapa saham emiten energi di sektor ini menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Pada perdagangan Selasa (10/9), data perdagangan yang diperoleh dari aplikasi RTI menunjukkan beberapa emiten batu bara mencatatkan kenaikan, sementara lainnya mengalami penurunan.

Sebagai contoh, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat kenaikan 30 poin atau sekitar 1,12%, dengan harga saham yang mencapai Rp2.710 per lembar. 

BACA JUGA:Tahun 2024 PT Bukit Asam Targetkan Produksi Batu Bara 41,3 Juta Ton untuk Perkuat Energi Nasional

BACA JUGA:Kisah Sukses Pengusaha Asli Sumsel: Dulu Pedagang Asongan Kini Jadi Pengusaha Batu Bara

Kenaikan ini didorong oleh kinerja perusahaan yang masih optimis di tengah penurunan harga komoditas. 

Selain itu, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) juga mengalami kenaikan, meski lebih moderat, yakni 10 poin atau 0,29%, dengan harga saham yang berada di Rp3.500.

Namun, tidak semua emiten energi menikmati kenaikan. PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) mencatatkan penurunan yang cukup signifikan, turun 150 poin atau sekitar 2,11%, dan kini diperdagangkan pada harga Rp6.975 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: