AMSI Gelar Pelatihan Cek Fakta di Padang untuk Lawan Informasi Sesat Jelang Pilkada 2024

AMSI Gelar Pelatihan Cek Fakta di Padang untuk Lawan Informasi Sesat Jelang Pilkada 2024

AMSI Gelar Pelatihan Cek Fakta di Padang untuk Lawan Informasi Sesat Jelang Pilkada 2024.-Palpos.id-Pinterest

Andri menambahkan, efek jangka panjang dari informasi sesat tidak hanya merusak proses Pilkada, tetapi juga berpotensi mempengaruhi stabilitas demokrasi di Indonesia. 

Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen media untuk terlibat aktif dalam memerangi penyebaran informasi palsu.

“Dengan memahami cara kerja misinformasi dan disinformasi, media bisa menjadi garis pertahanan pertama dalam menjaga integritas Pilkada, serta mencegah polarisasi yang dapat mengancam demokrasi kita,” tambahnya.

BACA JUGA:Pj Walikota Palembang Dukung Program Kerja AMSI Sumsel: Konsen Memerangi Hoaks di Media Sosial

BACA JUGA:Duet Ardhy-Edwar Pimpin AMSI Sumsel 2024-2028: Membangun Masa Depan Media Siber di Sumatera Selatan

Pelatihan Cek Fakta: Kolaborasi dan Pembekalan Jurnalis

Pelatihan Cek Fakta ini menghadirkan dua trainer berpengalaman dari media nasional, yaitu Andre Yuris dari Tempo.co dan Heru Margianto dari Kompas.com. 

Mereka berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi dan melawan informasi palsu yang sering muncul selama periode Pilkada.

Heru Margianto, salah satu trainer, menjelaskan bahwa dalam dua hari pelatihan, para peserta akan menerima total enam materi yang dibagi dalam dua sesi. 

Pada hari pertama, peserta akan dibimbing untuk memahami anatomi gangguan informasi dalam pemilu, termasuk analisis terhadap modus-modus penyebaran informasi palsu yang kerap terjadi.

BACA JUGA:AMSI Sumsel Gelar Konferwil III: Menyongsong Masa Depan Media Siber yang Lebih Berkualitas

BACA JUGA:Pj Gubernur Sumsel Dukung AMSI Sumsel dalam Memerangi Berita Hoaks

“Pada hari pertama, kami akan membahas tentang sejarah dan seluk beluk pemilu di Indonesia, sekaligus menganalisa modus penyebaran informasi sesat yang sering kali digunakan untuk memanipulasi opini publik,” ujar Heru.

Selain itu, peserta juga akan diajak untuk memahami polarisasi politik yang menjadi salah satu ancaman bagi demokrasi, terutama ketika masyarakat terbagi dalam kubu-kubu yang saling bertentangan akibat berita hoaks.

Pada hari kedua, pelatihan akan difokuskan pada kampanye Pilkada di era digital serta cara-cara efektif dalam melawan gangguan informasi yang merajalela di media sosial. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: