Ang Toh Kuih, Kue Tradisional Penuh Makna yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

PALPOS.ID - Di tengah gempuran makanan modern dan tren kuliner kekinian, Ang Toh Kuih tetap menjadi salah satu simbol kuliner tradisional yang bertahan dari zaman ke zaman.

Kue berwarna merah cerah ini tidak hanya menggoda selera dengan tampilan dan rasa khasnya, tetapi juga mengandung nilai budaya dan spiritual yang dalam, terutama bagi masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia.

Ang Toh Kuih, yang dikenal juga sebagai Ang Ku Kueh dalam dialek Hokkien, secara harfiah berarti “kue kura-kura merah”.

Kue ini berbentuk lonjong menyerupai tempurung kura-kura, yang melambangkan umur panjang dan keberuntungan.

BACA JUGA:Kue Talam Gula Merah : Kelezatan Tradisional yang Tak Pernah Pudar

BACA JUGA:Kue Koci : Warisan Kuliner Tradisional yang Tetap Relevan di Tengah Modernisasi

Warna merah yang mencolok menjadi simbol kebahagiaan dan keberuntungan dalam tradisi Tionghoa, sehingga kue ini kerap kali dihidangkan dalam perayaan penting seperti ulang tahun, Imlek, hingga upacara adat seperti pemberkatan bayi (full moon ceremony).

Menurut sejarah kuliner Tionghoa, kue ini berasal dari provinsi Fujian, Tiongkok.

Para imigran Hokkien yang datang ke Asia Tenggara membawa resep dan tradisi ini ke berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Di Indonesia, Ang Toh Kuih banyak ditemukan di daerah yang memiliki komunitas Tionghoa besar seperti Pontianak, Medan, dan Singkawang.

BACA JUGA:Savory Puffs : Camilan Renyah Isi Gurih yang Kian Populer di Tengah Tren Kuliner Modern

BACA JUGA:Gemblong : Kue Tradisional yang Bertahan di Tengah Gempuran Makanan Modern

Simbol kura-kura dalam kebudayaan Tionghoa diyakini mewakili keabadian dan ketahanan hidup.

Karena itulah, Ang Toh Kuih dianggap sebagai bentuk doa agar seseorang diberi umur panjang dan kehidupan yang sejahtera.

Sumber: