Tiga Kali Kasus Keracunan MBG di Sumsel, Guru Besar Unsri Tekankan Sertifikasi Penjamah Makanan

Tiga Kali Kasus Keracunan MBG di Sumsel, Guru Besar Unsri Tekankan Sertifikasi Penjamah Makanan

Momen kebersamaan panitia, narasumber, dan peserta dalam Webinar Food Sanitation and Hygiene yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Unsri bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, di Gedung Aesculap FK Unsri Madang, Rabu (03/09/2025).--ist

PALEMBANG, PALPOS.ID - Guru Besar Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof. dr. Tan Malaka, MOH., DrPH., SpOK., HIU menegaskan pentingnya sertifikasi bagi penjamah makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Penegasan ini menyusul terjadinya tiga kasus keracunan makanan dalam program MBG di Sumatera Selatan (Sumsel). Kasus tersebut masing-masing terjadi di Kabupaten Empat Lawang, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), dan Ogan Komering Ilir (OKI).

Penjamah makanan, atau food handler, adalah orang yang bersentuhan langsung dengan makanan mulai dari menyiapkan, mengolah, menyajikan hingga mendistribusikan. 

Dalam program MBG yang menyasar ribuan anak sekolah, peran mereka sangat krusial. Sertifikasi diperlukan agar penjamah makanan memahami standar kebersihan, keamanan pangan, serta bebas dari penyakit menular. 

Tanpa sertifikasi dan pengawasan ketat, risiko keracunan massal sangat besar karena satu kesalahan dapat berdampak luas pada kesehatan masyarakat.

Menurut Prof Tan, penjamah makanan wajib menjalani pemeriksaan kesehatan minimal satu kali dalam setahun sebagaimana diatur Kementerian Kesehatan. Namun, pemeriksaan fisik saja tidak cukup.

Best practice-nya adalah melalui kultur, karena bisa saja seseorang terlihat sehat tetapi sebenarnya carrier positif. Kultur butuh waktu lima hari,” ungkapnya dalam webinar Food Sanitation and Hygiene, Rabu (03/09/2025).

Webinar bertema “Antisipasi Keracunan Makanan melalui Tiga Pilar, Food Sanitation and Hygiene, Penanganan Outbreak, dan Kebijakan” ini diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Unsri bersama Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel.

Webinar yang diikuti ribuan peserta ini menghadirkan empat narasumber, yakni Prof. Tan Malaka, Kepala Dinas Kesehatan Sumsel dr. H. Trisnawarman, M.Kes., SpKKLP., Supsp.FOMD serta dosen FK Unsri Dr. dr. Gema Asiani, M.Kes dan Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM., M.Kes.

Prof Tan Malaka mengatakan, di Indonesia terdapat tiga level Training Food Sanitation and Hygiene. Level 1 ditujukan untuk pemula dan penjamah makanan, misalnya pelatihan dasar seperti membedakan pisau untuk memotong makanan matang dan mentah. 

Level 2 untuk manajer, supervisor, dan tenaga medis. Sedangkan level 3, yakni Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), hanya bisa diikuti setelah lulus level 1 dan 2, karena HACCP merupakan sistem lanjutan yang tidak boleh dipelajari secara instan.

Prof. Tan menjelaskan, penjamah makanan adalah salah satu dari enam faktor kritis hygiene sanitasi makanan. Faktor lainnya adalah bahan awal makanan, pengangkutan dan penyimpanan, persiapan pemasakan dan penyajian, bangunan dan peralatan, serta sanitasi lingkungan.

Ia menambahkan, pemeriksaan kesehatan penjamah makanan sebaiknya dibuktikan dengan kartu sehat resmi yang dilengkapi foto. Kartu tersebut harus selalu dibawa saat bekerja dan penjamah makanan tidak boleh masuk area kerja jika kartunya expired atau tidak dibawa.

Selain itu, penjamah makanan juga wajib membuat pernyataan tertulis untuk melaporkan kondisi kesehatannya. Beberapa kondisi seperti diare tiga kali atau lebih, infeksi kulit bernanah, maupun peradangan di bawah kuku, menjadi alasan utama penjamah tidak diperbolehkan bekerja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: