Pemekaran Wilayah Nusa Tenggara Timur: Wacana Pembentukan Kabupaten Pantar Dengan Kekayaan Budaya yang Unik

Pemekaran Wilayah Nusa Tenggara Timur: Wacana Pembentukan Kabupaten Pantar Dengan Kekayaan Budaya yang Unik

Pemekaran Wilayah Nusa Tenggara Timur: Wacana Pembentukan Kabupaten Pantar Dengan Kekayaan Budaya yang Unik.--Dokumen Palpos.id

BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Nusa Tenggara Timur: Wacana Pembentukan 14 Kabupaten dan Kota Baru Dianggap Sebagai Solusi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, beberapa kriteria penting seperti jumlah penduduk, luas wilayah, potensi ekonomi, dan kemampuan fiskal telah dimiliki.

Bahkan dalam pemetaan pemekaran wilayah oleh beberapa lembaga studi dan otonomi daerah, Calon Kabupaten Pantar sering masuk sebagai salah satu dari puluhan DOB yang diprioritaskan apabila moratorium dicabut.

Keunikan Budaya dan Bahasa Lokal

Pulau Pantar memiliki kekayaan budaya yang khas. 

Terdapat beragam suku dengan bahasa lokal masing-masing, seperti Bahasa Sar, Bahasa Blagar, dan Bahasa Tubbe. 

Kekayaan ini menjadi aset penting dalam pembangunan identitas dan penguatan karakter daerah. 

Calon Kabupaten Pantar diharapkan menjadi salah satu wilayah di NTT yang memperkuat pelestarian budaya lokal melalui kebijakan dan anggaran yang lebih fokus dan dekat dengan masyarakat.

Potensi Pariwisata yang Belum Tergarap Maksimal

Salah satu kekuatan Pantar yang sering luput dari perhatian adalah sektor pariwisata. 

Pulau ini memiliki keindahan alam yang eksotis, seperti Pantai Kepa, Pulau Ternate kecil, dan Gunung Sirung yang masih aktif. 

Wisatawan mancanegara yang menyukai petualangan dan keaslian alam mulai melirik pulau ini sebagai destinasi alternatif.

Sayangnya, infrastruktur seperti jalan, penginapan, dan transportasi masih sangat terbatas. 

Jika Pantar berdiri sebagai kabupaten sendiri, potensi ini bisa digarap maksimal dengan perencanaan dan promosi yang lebih fokus.

Selama ini, masyarakat Pantar kerap mengeluhkan sulitnya akses terhadap pelayanan publik. 

Beberapa desa di pelosok Pantar harus menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer ke pusat pemerintahan di Kalabahi untuk mengurus administrasi atau mendapatkan layanan kesehatan tingkat lanjut. 

Jalan-jalan penghubung antardesa masih banyak yang rusak, dan sinyal telekomunikasi belum menjangkau seluruh wilayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpos.disway.id