Sejak awal lokasi ini adalah makam, tempat orang berziarah.
Bangunan makam yang berada di tengah Apartemen dan Rumah Sakit PGI Cikini ini telah direnovasi dan rampung sejak 2013.
Muhamad Amien menjelaskan, awalnya makam Habib Cikini hanya berupa makam Joglo layaknya makam orang Jawa pada umumnya.
"Habib ini orang Jawa dia lahir di Semarang. Beliau seorang ulama, panglima perang yang juga ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hanya saja tidak tercatat dalam buku sejarah manusia," kenangnya.
Muhamad Amien menceritakan, sebelumnya makan Habib Cikini ini sempat hendak dipindahkan dari lokasi asalnya oleh beberapa pihak yang ingin merelokasi makam.
Namun, ia dan para keturunan serta keluarga Habib Cikini menolak pemindahan makam tersebut dengan berbagai macam upaya dan mediasi.
Sebagai keturunan keenam Habib Cikini, ia mengenal Habib Cikini sebagai sosok yang berakhlak baik.
Habib Cikini sering melakukan dakwah menyiarkan agama Islam mulai dari pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Habib Cikini kemudian menetap di Jakarta dan menikah dengan adik Raden Saleh Syarifah Rogaya hingga wafat pada 1879 tahun.
Dalam berbagai sumber, kemasyhuran Habib Cikini sebagai ulama besar tidak terhenti di masanya.
Bahkan setelah Habib Cikini wafat hingga kini masih banyak warga yang datang berziarah ke makam Habib Cikini.
Bahkan, keturunan Habib Cikini pun banyak dikenal warga Jakarta seperti Sayyid Ali bin Abdurrahman Al Habsyi yang dikenal sebagai Habib Kwitang.
Cerita karomah Habib Abdurrahman yang merupakan ayah dari Waliyullah Habib Ali Kwitang terjadi pada bulan Juli 2010.
PT Cempaka Wenang Jaya (CWJ) bermaksud menggusur makam menghalangi pembangunan apartemen seluas 1,6 hektare.
Makam beliau diangkut beserta tanah di sekelilingnya seperti tanaman yang diangkat dengan potnya.
Namun setelah tanah siap diangkut, peristiwa aneh terjadi.