PALEMBANG, PALPOS.ID - Dalam era modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih dan hiburan digital, mainan tradisional anak-anak Indonesia semakin terpinggirkan.
Meskipun demikian, beberapa mainan tradisional berharga masih tetap ada, membawa nostalgia dan keunikan budaya dari masa lalu. Sayangnya, keberadaan mainan ini semakin terancam punah seiring berjalannya waktu.
Salah satu mainan tradisional yang hampir punah adalah "congklak". Congklak adalah permainan yang biasanya dimainkan oleh dua pemain atau lebih.
Papan congklak terdiri dari lubang-lubang kecil yang digunakan untuk mengambil dan menaburkan biji-bijian.
Pemain harus melalui strategi yang cermat untuk mengumpulkan biji-bijian yang tersebar di papan dan memenangkan permainan.
BACA JUGA: Wisata Air Panas Kelewaha Tombatu, Keajaiban Alam yang Menenangkan
Meskipun dahulu kala congklak sangat populer di kalangan anak-anak Indonesia, kini permainan ini hampir terlupakan.
Selain congklak, "egrang" juga merupakan mainan tradisional yang mulai menghilang dari ingatan anak-anak Indonesia.
Egrang adalah sepasang tongkat yang diikatkan pada potongan bambu atau kayu besar. Pemain harus melompat dengan egrang untuk bergerak maju.
Meskipun terlihat sederhana, mengendalikan egrang memerlukan keseimbangan dan koordinasi yang baik. Sayangnya, dengan minimnya lokasi yang cocok untuk bermain egrang dan kurangnya minat generasi muda, tradisi ini semakin terkikis.
Tak kalah menarik adalah "dakon", permainan yang mirip dengan congklak namun memiliki ciri khas tersendiri.
BACA JUGA:Wisata Air Panas Parongpong Garut Menawarkan Relaksasi Maksimal di Tengah Keindahan Alam
Papan dakon terdiri dari rangkaian lubang kecil yang berbentuk seperti perahu. Pemain harus memindahkan biji dari lubang ke lubang dengan tujuan mengumpulkan poin sebanyak mungkin.
Dakon sering dimainkan oleh anak-anak di berbagai daerah Indonesia sebagai sarana belajar berhitung dan berstrategi.
Namun, perlahan-lahan minat terhadap permainan ini meredup seiring dengan kemajuan teknologi.