Keberagaman dalam agama sejatinya tak seharusnya menjadi sumber perpecahan.
Keelokan keanekaragaman masyarakat menjadi lebih bersinar bila didampingi oleh semangat persatuan.
Hal ini mengingatkan kita pada keragaman etnis, agama, dan suku di Indonesia, yang tetap bersatu di bawah semangat Pancasila.
Sebagaimana adat Batak Angkola yang menjadi perekat persatuan, unsur adat, agama, dan ekonomi tak lagi menjadi penghalang dalam wilayah Tapanuli Selatan, karena tiga elemen ini bekerja bersama.
"Hula hula, kahanggi, anak Boru," yang dalam dialek setempat disebut sebagai "Dalihan Natolu," menjadi pedoman untuk kerukunan dan kebersamaan masyarakat Tapanuli Selatan.
Melalui semangat ini, masyarakat daerah ini membuktikan bahwa keanekaragaman mampu menjadi motor utama dalam membangun komunitas yang kokoh, solid, dan damai.
Diulas sebelumnya, rencana pembentukan Provinsi Sumatera Tenggara mengundang sorotan seiring dengan upaya untuk lebih mendekatkan pemerintahan dengan masyarakat di bagian selatan Sumatera Utara.
Dalam rencana ini, lima kabupaten/kota akan berdiri sebagai fondasi pembentukan, dengan Kota Padang Sidempuan ditetapkan sebagai ibu kota yang menandai langkah baru dalam administrasi wilayah.
Rencana pembentukan Provinsi Sumatera Tenggara ini lahir dari semangat untuk mengoptimalkan pengelolaan daerah dan lebih memfokuskan upaya pembangunan serta pelayanan publik.
5 kabupaten/kota yang terlibat dalam rencana ini adalah :
1.Kabupaten Padang Lawas Utara
2. Kabupaten Padang Lawas
3. Kabupaten Tapanuli Selatan
4. Kabupaten Tapanuli Tengah
5. Kota Padang Sidempuan.
Bergabung dengan calon Provinsi Sumatera Tenggara, daerah-daerah di bagian selatan akan memiliki lebih banyak kendali terhadap sumber daya dan potensi yang dimiliki.