Uniknya, sekitar tujuh dari kecamatan tersebut dinamai dari berbagai tanaman dan buah, seperti Cikupa, Jambe, Cisoka, Kelapa Dua, Pagedangan, Pakuhaji, dan Kemiri.
Ironisnya, tanaman atau buah yang menjadi nama dari kecamatan-kecamatan ini sulit ditemukan atau bahkan sudah tidak ada lagi di wilayah tersebut.
2. Bahasa Sebagai Identitas Kultural
Wilayah ini menjadi rumah bagi beragam kelompok etnis, menjadikannya multikultural dengan keanekaragaman bahasa.
Bahasa Sunda Banten adalah bahasa utama bagi masyarakat asli, dan meski dianggap sebagai "Sunda kasar", hal tersebut justru menjadi ciri khasnya.
Selain itu, karena berbatasan langsung dengan ibu kota negara, ada pula komunitas yang berbahasa Betawi, khususnya di Kecamatan Teluknaga dan Tanjungkait.
Bahkan, ada yang menggunakan dialek Indramayu atau Cirebon, terutama di Kecamatan Kronjo, Kresek, dan sebagian Mauk.
3. Fenomena 'Haji Gusuran'
Kabupaten Tangerang juga dikenal dengan fenomena uniknya, yaitu 'Haji Gusuran'.
Fenomena ini bermula dari banyaknya tanah dan perkebunan yang digusur untuk pembangunan industri atau perumahan.
Dengan kompensasi yang didapat, banyak warga yang memilih untuk berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
4. Keunikan Kuliner Kabupaten Tangerang
Jika membahas Tangerang, tak lengkap tanpa menyentuh kuliner khasnya.
Kabupaten Tangerang punya keistimewaan kuliner seperti kue Doko, sebuah varian dodol yang dibungkus dengan daun pisang.
Selain itu, ada juga Rangining, camilan dari bahan dasar singkong, dan Petis Gori, yaitu buah nangka muda yang dicocol dengan garam dan cabai tumbuk.
5. Budaya 'Ngabesan'