Tiga kelompok suku besar, yaitu Suku Koiwai, Suku Kamoro, dan Suku Asmat, menjadi bagian integral dari keberagaman etnis di wilayah ini.
Mereka mempertahankan tradisi-tradisi kuno mereka, hidup berdampingan dengan alam, dan mengembangkan sistem perdagangan yang kompleks.
Dalam interaksi mereka dengan pedagang dari Maluku, budaya Islam mulai merasuk, tercermin dari penggunaan gelar-gelar seperti raja, mayor, kapitan, dan orang tua, serta pengenalan kebiasaan-kebiasaan seperti penggunaan topi turban dan larangan makan babi.
BACA JUGA:Rencana Pemekaran Wilayah Provinsi Papua Tengah: Membuka Peluang Baru untuk Pengembangan Ekowisata
BACA JUGA:Lambang Baru Provinsi Papua Tengah Mewakili Nilai-Nilai Keberagaman dan Kemakmuran
Pusat Perdagangan dan Konfederasi Kampung: Cerita di Balik Kejayaan Kipia
Pusat perdagangan utama di wilayah ini terletak di Kipia, yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang diakui dari Kerajaan Namatota, Naowa.
Kipia memimpin konfederasi kampung Kamoro bernama Tarya We, bekerja sama dengan kampung-kampung seperti Poraoka, Maparpe, Wumuka, Umar, dan Aindua.
Kolaborasi ini penting karena wilayah mereka memiliki keterbatasan dalam sumber daya sagu, sehingga mereka menggunakan keberanian dan keahlian mereka untuk mengintimidasi wilayah-wilayah yang lebih subur di sebelah timur.