PALPOS.ID - Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar: Adakah Kepentingan Istana di Balik Langkah Tersebut?.
Pengunduran diri Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Partai Golkar pada Sabtu, 10 Agustus 2024, telah memicu berbagai spekulasi di kalangan politik dan masyarakat luas.
Langkah ini menjadi sorotan, terutama karena terjadi hanya sehari setelah Airlangga melakukan pertemuan empat mata dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Spekulasi dan Dugaan Motif di Balik Pengunduran Diri
Spekulasi terkait mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi kepemimpinan Partai Golkar semakin menguat setelah pertemuan tersebut.
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar: Tiga Kelompok Dorong Munaslub Partai Beringin
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar: Apa Strategi Selanjutnya bagi Partai Beringin?
Banyak pihak yang menduga adanya campur tangan atau kepentingan istana di balik keputusan ini.
Beberapa pengamat politik dan internal partai berpendapat bahwa keputusan ini tidak semata-mata didorong oleh alasan pribadi atau internal partai, melainkan terkait dengan dinamika politik nasional, terutama menjelang transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam tersebut, Airlangga diketahui membahas berbagai isu ekonomi dengan Presiden, termasuk surplus perdagangan Indonesia dengan China serta perkembangan perjanjian internasional seperti EU CEPA dan IPEF.
Namun, yang menarik perhatian adalah suasana yang terkesan tertutup dan intens, mengingat pertemuan tersebut hanya dilakukan secara empat mata tanpa kehadiran pejabat lain.
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Partai Golkar: Fokus di Pemerintahan atau Ada Agenda Lain?
Airlangga sendiri hanya memberikan pernyataan singkat kepada wartawan mengenai hasil pertemuan tersebut. "Update ekonomi tadi," ujarnya singkat sambil tersenyum.
Kendati demikian, senyum dan gestur yang ditunjukkan Airlangga tidak bisa sepenuhnya menutupi pertanyaan besar yang muncul di benak publik dan pengamat politik: apakah ada agenda politik lain yang dibahas dalam pertemuan tersebut?