BACA JUGA:Pertamina EP Limau Field Perkenalkan Industri Hulu Migas kepada Siswa SMKN 2 Prabumulih
BACA JUGA:Harga BBM Turun di September 2024: Apa yang Baru dari Pertamina?
Hal ini menunjukkan bahwa Pertamina lebih mengutamakan stabilitas suplai domestik ketimbang mengikuti tren internasional secara langsung.
Dengan latar belakang ini, Pertamina terus mengelola pasokan minyak mentah untuk memastikan bahwa permintaan energi masyarakat dapat terpenuhi secara berkelanjutan.
Ini mencakup pengembangan infrastruktur penyimpanan, kilang, dan distribusi yang lebih efisien, serta diversifikasi sumber energi yang dapat mendukung transisi menuju energi yang lebih bersih tanpa mengorbankan ketergantungan terhadap minyak dalam jangka pendek.
Indonesia dan Masa Depan Energi Fosil
Dalam menghadapi tren global yang menuju penurunan penggunaan minyak mentah, Indonesia berada pada posisi yang agak unik.
BACA JUGA: Cita-Cita Tinggi dan Pendidikan Berkualitas: Pertamina Gelar PEN 7.0 di Plaju untuk Siswa SD
Sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil.
IEA memperkirakan bahwa permintaan minyak di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih akan tumbuh dalam beberapa tahun ke depan, terutama di sektor transportasi dan industri.
Fadjar juga mengungkapkan bahwa Indonesia mungkin akan terus bergantung pada minyak hingga tahun 2030-2032.
"Tapi kalau 2030-2032 mungkin minyak masih dibutuhkan karena ekonomi masih tumbuh, target next year bisa 8 persen segala macam, pasti kebutuhan energi juga makin tinggi," jelasnya.
Hal ini menegaskan bahwa transisi energi di Indonesia tidak akan terjadi secara tiba-tiba, melainkan secara bertahap seiring dengan perkembangan teknologi energi terbarukan dan biofuel.
Surplus Pasokan Global dan Dampaknya terhadap Indonesia
Salah satu perhatian utama dari proyeksi IEA adalah potensi surplus pasokan minyak mentah di dekade mendatang.