Permintaan Minyak Dunia Diproyeksi Lesu: Respon Pertamina dan Tantangan Ke Depan

Minggu 15-09-2024,11:54 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Yen_har

IEA memperkirakan bahwa kapasitas pasokan minyak akan mencapai hampir 114 juta barel per hari pada tahun 2030, yang berarti surplus sekitar 8 juta barel per hari dibandingkan permintaan global yang diproyeksikan. 

Hal ini disebabkan oleh produksi dari negara-negara non-OPEC, seperti Amerika Serikat, yang terus menambah kapasitas produksi minyak mentah mereka.

Bagi Indonesia, surplus pasokan global ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. 

Di satu sisi, kelebihan pasokan dapat membantu Indonesia untuk memperoleh minyak dengan harga lebih rendah, yang dapat mendukung kebutuhan energi domestik. 

Namun, di sisi lain, Pertamina juga harus bersaing dengan pasar global yang lebih kompetitif dan memastikan bahwa strategi bisnisnya tetap relevan dalam menghadapi tren perubahan pasokan dan permintaan.

OPEC vs IEA: Pandangan yang Berbeda

Proyeksi IEA tentang penurunan permintaan minyak setelah 2029 bertentangan dengan pandangan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). 

OPEC memperkirakan bahwa permintaan minyak akan terus meningkat hingga setelah 2029, terutama karena peralihan ke energi bersih yang lebih lambat dari perkiraan. 

Negara-negara OPEC, yang sebagian besar bergantung pada ekspor minyak, masih melihat minyak sebagai bagian penting dari ekonomi global dalam jangka panjang.

Perbedaan pandangan antara IEA dan OPEC mencerminkan ketidakpastian dalam pasar energi global. 

Sementara beberapa negara maju semakin fokus pada transisi energi bersih, negara-negara berkembang, termasuk anggota OPEC, masih melihat minyak sebagai sumber energi utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. 

Pertamina, dalam hal ini, harus mampu menavigasi antara dua pandangan yang berbeda ini untuk tetap menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan energi di Indonesia.

Upaya Pengembangan Energi Terbarukan

Di tengah tantangan global ini, Pertamina tidak hanya bergantung pada minyak fosil tetapi juga terus berupaya mengembangkan energi terbarukan. 

Fadjar menyebutkan bahwa Pertamina sedang mengembangkan energi-energi alternatif seperti biofuel untuk menurunkan ketergantungan pada fosil. 

Meskipun transisi ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat, upaya untuk meningkatkan bauran energi terbarukan akan sangat penting bagi masa depan ketahanan energi Indonesia.

Kategori :