Meskipun demikian, kekhawatiran akan permintaan minyak dari China, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia, terus membayangi optimisme pasar terkait potensi peningkatan harga minyak.
Dampak Badai Francine terhadap Produksi Minyak AS
Badai Francine menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga minyak dalam beberapa hari terakhir.
BACA JUGA:Tercemar Minyak Mentah, Warga Majasari Dilanda Ketakutan
BACA JUGA:Permintaan Minyak Dunia Diproyeksi Lesu: Respon Pertamina dan Tantangan Ke Depan
Menurut data dari Biro Keamanan dan Penegakan Lingkungan AS (BSEE), lebih dari 12% produksi minyak mentah dan 16% produksi gas alam di Teluk Meksiko masih ditutup akibat badai tersebut.
Teluk Meksiko merupakan salah satu pusat produksi minyak terbesar di Amerika Serikat, sehingga gangguan produksi di wilayah ini dapat mempengaruhi pasokan minyak mentah global secara signifikan.
Pasar energi global terus memantau perkembangan situasi di Teluk Meksiko, mengingat durasi dan dampak badai yang berkepanjangan dapat memicu kenaikan harga lebih lanjut.
Gangguan pasokan minyak di Teluk Meksiko juga diimbangi dengan kekhawatiran permintaan dari China, yang sedang mengalami perlambatan ekonomi.
BACA JUGA:Dede Pengurus Sumur Minyak Ilegal yang Terbakar di Tanjung Dalam diamankan
BACA JUGA:Patah Tierod Truk Angkutan Minyak Ilegal Tabrak Pengedara Motor, Sopir Truk diamankan
Perlambatan ini terlihat dari penurunan produksi kilang minyak China selama lima bulan berturut-turut, yang berakibat pada menurunnya permintaan bahan bakar dan lemahnya margin ekspor.
Ekspektasi Penurunan Stok Minyak AS
Selain badai, ekspektasi penurunan stok minyak mentah AS turut mendukung kenaikan harga minyak dunia.
Berdasarkan jajak pendapat Reuters, stok minyak mentah di Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami penurunan sekitar 200.000 barel dalam sepekan hingga 13 September.
Penurunan stok ini menandakan adanya permintaan yang tinggi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga minyak lebih lanjut.