BACA JUGA:Sidak Pasar 16 Ilir, Pj Wako Palembang Temukan Gudang Minyak Goreng Curah di Basement
BACA JUGA:Pabrik Minyak Makan Merah Mulai Dibangun di Babat Toman Muba
Penurunan stok minyak mentah AS dianggap sebagai indikator positif oleh para investor, karena menunjukkan adanya pemulihan ekonomi dan peningkatan konsumsi energi di negara tersebut.
Dalam konteks global, permintaan yang lebih tinggi dari AS dapat mengimbangi perlambatan permintaan dari China, sehingga memberikan keseimbangan dalam pasar energi internasional.
Keputusan Federal Reserve AS dan Sentimen Pasar
Selain faktor-faktor fundamental terkait pasokan dan permintaan minyak, keputusan Federal Reserve AS mengenai suku bunga juga menjadi perhatian utama pasar.
Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, sebagai bagian dari kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang lebih rendah dapat mengurangi biaya pinjaman, yang pada gilirannya akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.
Analis dari ANZ dalam sebuah catatan menyatakan bahwa ekspektasi penurunan suku bunga yang agresif telah meningkatkan sentimen di seluruh pasar komoditas, termasuk minyak.
Gangguan pasokan yang disebabkan oleh Badai Francine, ditambah dengan potensi peningkatan permintaan akibat kebijakan suku bunga rendah, menciptakan kombinasi yang mendukung kenaikan harga minyak.
Namun demikian, ketidakpastian terkait pertumbuhan ekonomi global, terutama dari China, masih menjadi faktor pembatas kenaikan harga minyak.
China, sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, mengalami penurunan permintaan energi yang signifikan akibat lemahnya pertumbuhan ekonomi dan penurunan produksi kilang minyak domestiknya.
Pergerakan Harga Komoditas Lain
Selain minyak, pergerakan harga komoditas lain juga menjadi perhatian pasar.
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), nikel, dan timah mencatat kenaikan pada penutupan perdagangan Senin (16/9). Sementara itu, harga batu bara mengalami penurunan tipis.
Harga CPO, yang banyak diperdagangkan di kawasan Asia Tenggara, terpantau naik 2,39% menjadi MYR 3.904 per ton pada penutupan perdagangan Senin.