Selain Wahyudi, konsultan keamanan siber Teguh Aprianto (@secgron) turut memberikan tanggapannya melalui cuitan di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter).
BACA JUGA:Usaha Penangkaran Burung Walet di OKU Banyak Tak Bayar Pajak
BACA JUGA:Gelar Razia Gabungan, Samsat OKU I Sasar Kendaraan Plat Luar dan Mati Pajak
Teguh menyebutkan bahwa dalam sampel data yang bocor, terdapat informasi pribadi milik Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan sejumlah pejabat tinggi lainnya.
"NPWP milik Jokowi, Gibran, Kaesang, Sri Mulyani, dan menteri lainnya juga dibocorkan di sampel yang diberikan oleh pelaku," tulis Teguh dalam cuitannya.
Dari tangkapan gambar yang diunggahnya, terlihat berbagai informasi penting yang bocor, mulai dari NIK, NPWP, alamat, hingga nomor telepon dan email.
Data ini sangat berisiko jika jatuh ke tangan yang salah, dan bisa dimanfaatkan untuk tindakan kriminal seperti pencurian identitas dan penipuan.
Tanggapan Netizen dan Pemerintah
Kebocoran data ini menuai reaksi luas dari netizen. Sebagian dari mereka mempertanyakan respons dari Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), yang dinilai belum memberikan penjelasan memadai terkait insiden ini.
Ada pula yang beranggapan bahwa kebocoran ini merupakan upaya pengalihan isu dari sejumlah kasus lain yang sedang panas, seperti akun Fufufafa, penggunaan jet pribadi oleh Kaesang, dan kasus ekspor pasir laut.
Sementara itu, Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri (@CCICPolri) juga memberikan respons terkait kebocoran tersebut.
Melalui akun resminya, Polri menyatakan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kasus ini.
"Halo sobat siber, terima kasih atas informasinya. Kami akan melakukan pendalaman dan penyelidikan terhadap kasus yang dimaksud. Jika ada informasi lain yang perlu kami tindak lanjuti, silakan menghubungi kami melalui https://patrolisiber.id," demikian pernyataan Polri di platform X.
Kebocoran Data: Sebuah Fenomena yang Meningkat
Kasus kebocoran data ini bukanlah yang pertama terjadi di Indonesia.
Sejak beberapa tahun terakhir, insiden serupa telah berulang kali terjadi, menimbulkan kekhawatiran akan keamanan data pribadi di Indonesia.