"Silakan bergabung kemudian segera menyesuaikan diri, berkenalan sama teman-teman yang lain," tambahnya.
Keputusan para kader PDIP untuk mengikuti retret di tengah larangan dari pimpinan partai menuai beragam respons dari publik dan pengamat politik.
Sebagian pihak menilai langkah ini sebagai bentuk kemandirian dan komitmen para kepala daerah terhadap program pemerintah pusat.
Namun, ada juga yang menganggap keputusan ini berpotensi menimbulkan friksi internal di tubuh PDIP.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Wijaya, berpendapat bahwa langkah yang diambil oleh Pramono Anung dan rekan-rekannya menunjukkan adanya dinamika internal di PDIP.
"Ini menandakan bahwa ada perbedaan pandangan antara pimpinan pusat dan kepala daerah terkait prioritas program. Namun, selama komunikasi tetap terjaga, hal ini bisa menjadi dinamika yang sehat," ujarnya.
Pramono Anung menegaskan bahwa keputusannya untuk mengikuti retret di Akmil sudah melalui berbagai pertimbangan matang.
Ia juga menyatakan kesiapannya untuk bertanggung jawab atas langkah yang diambilnya.
"Tentunya kami bertanggung jawab atas langkah yang kami ambil ini," tegasnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Pramono siap menghadapi segala konsekuensi yang mungkin timbul akibat keputusannya, baik di internal partai maupun di ranah publik.
Dengan partisipasi para kepala daerah dari PDIP dalam retret ini, diharapkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dapat semakin kuat.
Selain itu, komunikasi yang baik antara pimpinan partai dan kader di lapangan menjadi kunci untuk menjaga soliditas dan efektivitas dalam menjalankan program-program pembangunan.