Bahkan beberapa diaspora Indonesia mulai memperkenalkannya di pasar Amerika dan Eropa sebagai bagian dari promosi budaya Indonesia.
Meski mempertahankan resep tradisional, para pembuat kue tok pandan juga tak ragu berinovasi. Kini tersedia berbagai varian isian seperti cokelat, kelapa gula merah, hingga durian.
Warna pun tak melulu hijau – ada yang menggunakan ubi ungu, labu kuning, bahkan bit untuk menambah daya tarik visual.
“Anak-anak sekarang suka yang estetik. Jadi kami kreasikan warna-warni alami tanpa menghilangkan cita rasa aslinya,” ungkap Ibu Rina.
Beberapa pelaku usaha juga mulai mengemas kue tok dalam kotak hampers cantik untuk dijadikan oleh-oleh atau hadiah spesial.
Harganya pun beragam, mulai dari Rp2.000 per buah hingga Rp50.000 per kotak, tergantung isi dan kemasan.
Pemerhati kuliner tradisional, Chef Ardi Pranata, menyambut baik kembalinya popularitas kue tok pandan.
Menurutnya, penting untuk terus melestarikan kue-kue tradisional sebagai bagian dari identitas kuliner bangsa.
“Kue seperti ini bukan hanya soal rasa, tapi juga cerita. Ia membawa nilai sejarah, budaya, dan bahkan filosofi,” ujar Ardi saat dihubungi melalui Zoom.
Ia juga mendorong pemerintah dan pelaku pariwisata untuk lebih serius mempromosikan kuliner tradisional ke tingkat yang lebih luas.
“Kita punya kekayaan yang luar biasa.
Tinggal bagaimana kita mengemas dan memperkenalkannya ke dunia.”
Dengan perpaduan antara kelezatan rasa, nilai budaya, dan semangat inovasi, kue tok pandan tampaknya masih akan terus bertahan – bahkan mungkin semakin bersinar – di tengah gemerlapnya dunia kuliner modern.
Kalau kamu butuh versi lebih singkat, untuk Instagram caption, leaflet, atau script video, tinggal bilang ya!*