Bahkan, beberapa brand cimol lokal kini sudah mengembangkan bisnisnya menjadi waralaba (franchise), dengan gerai yang tersebar di berbagai kota. Ini membuktikan bahwa jajanan tradisional tidak kalah saing dengan makanan modern asal luar negeri.
Lebih dari sekadar camilan, cimol kini dianggap sebagai bagian dari budaya populer Indonesia. Dalam banyak hal, eksistensi cimol mencerminkan daya tahan kuliner tradisional di tengah arus globalisasi.
Anak-anak muda mengenalnya, generasi tua menyukainya, dan para pelaku UMKM menggantungkan penghasilan darinya.
“Cimol itu bukan cuma makanan, tapi sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat kita.
Rasanya nostalgia,” ujar Dian, seorang pelanggan setia cimol yang mengaku selalu membeli jajanan itu saat pulang kerja.
Sebagai jajanan pinggir jalan yang kini menjelma menjadi produk nasional bahkan ekspor, cimol adalah bukti bahwa makanan tradisional Indonesia masih punya tempat di hati masyarakat.
Dan sepertinya, kelezatan bulatan aci ini akan terus bertahan—meletus, gurih, dan bikin ketagihan.
Kalau kamu mau versi berita ini disesuaikan untuk media cetak, online, atau sosial media (seperti caption Instagram atau TikTok script), tinggal bilang aja ya!*