Menurut Fitriani, rahasia cimol yang enak ada pada teknik penggorengan. “Minyak harus dalam keadaan dingin saat cimol dimasukkan.
BACA JUGA:Kue Semprit : Kelezatan Tradisional yang Tak Pernah Lekang oleh Waktu
BACA JUGA:Lapis Legit Gula Merah, Primadona Baru di Dunia Kuliner Tradisional
Lalu apinya kecil saja. Kalau tidak, bisa meletus dan bahaya,” katanya sambil menunjukkan proses menggoreng di gerobaknya.
Belakangan ini, cimol kembali naik daun berkat video-video pendek di platform seperti TikTok dan Instagram.
Berbagai kreasi cimol muncul, mulai dari cimol isi keju leleh, cimol mozzarella, hingga cimol saus Korea.
Fenomena ini membuat popularitas cimol merambah ke kota-kota di luar Jawa Barat, bahkan hingga ke luar negeri berkat diaspora Indonesia.
Di Jakarta, Surabaya, hingga Medan, tidak sulit menemukan penjual cimol yang ikut berinovasi dengan berbagai topping dan saus kekinian.
Beberapa bahkan menjualnya dalam bentuk frozen food agar bisa digoreng sendiri di rumah.
“Awalnya cuma iseng bikin konten cimol di TikTok, eh malah banyak yang nanya resepnya.
Sekarang malah buka pre-order setiap minggu,” ungkap Arief, seorang konten kreator kuliner asal Yogyakarta yang sukses menjual cimol beku secara online.
Bukan hanya soal rasa, cimol juga menyimpan potensi bisnis yang besar.
Modal untuk memulai usaha cimol tergolong kecil, namun keuntungannya bisa berlipat ganda jika dikemas dengan kreatif dan dipasarkan secara digital.
Menurut Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bandung, usaha kecil di bidang kuliner seperti cimol menjadi salah satu sektor yang paling stabil selama pandemi dan masa pemulihan ekonomi.
“Selama orang masih suka jajan, usaha seperti ini akan terus hidup.
Cimol adalah contoh bagus bagaimana kuliner lokal bisa terus beradaptasi,” ujar Kepala Dinas UMKM Bandung, Tedi Firmansyah.