Nasi liwet Sunda biasanya dimasak dengan bawang merah, bawang putih, cabai, dan ikan asin, serta disantap dengan lalapan dan sambal terasi.
BACA JUGA:Es Campur : Kelegaan Manis di Tengah Terik Panas
BACA JUGA:Bakpao Isi Ayam : Jajanan Tradisional yang Tetap Digemari di Tengah Gempuran Makanan Modern
Proses memasaknya sering dilakukan secara gotong royong di acara keluarga besar atau kumpul masyarakat desa.
“Perbedaan utama nasi liwet Sunda dan Solo ada pada rasa dan lauknya.
Kalau nasi liwet Sunda lebih pedas dan gurih dengan dominasi ikan asin, sedangkan versi Solo lebih creamy karena santannya kental,” jelas Chef Rina Oktaviani, seorang juru masak profesional yang telah lama meneliti makanan tradisional Indonesia.
Di Kota Solo, nasi liwet bukan hanya makanan sehari-hari, tetapi juga ikon budaya.
Setiap malam, kawasan Keprabon menjadi pusat wisata kuliner yang ramai dikunjungi masyarakat.
Deretan warung nasi liwet yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan menjadi bukti kecintaan warga terhadap makanan ini.
Salah satu warung yang terkenal adalah "Nasi Liwet Wongso Lemu", yang telah berdiri sejak tahun 1950-an.
“Rahasia kami adalah bumbu turun-temurun dan tetap menjaga cara masak tradisional, termasuk memasak nasi dengan tungku arang,” ujar Bu Lemu, pemilik warung generasi ketiga.
Setiap malam, antrean panjang terlihat di warung tersebut, baik dari warga lokal maupun turis yang ingin mencicipi cita rasa autentik nasi liwet Solo.
Bahkan, beberapa selebritas dan pejabat pernah mampir untuk mencicipi hidangan legendaris ini.
Meskipun merupakan makanan tradisional, nasi liwet tidak tertinggal zaman.
Banyak inovasi dilakukan oleh generasi muda, seperti penyajian nasi liwet dalam bentuk rice bowl atau bento untuk menarik konsumen milenial.
Selain itu, kini banyak pula tersedia versi frozen nasi liwet yang bisa dipesan secara daring dan dikirim ke seluruh Indonesia.