BISNIS, PALPOS.ID - Pada pekan lalu, bursa saham Wall Street bergerak cenderung menguat karena meredanya tensi dagang antara AS dan China*.
Indeks utama Wall Street ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (25/4) dan mencetak kenaikan mingguan di mana dari 11 sektor utama dalam S&P 500, sektor barang konsumsi dan teknologi memimpin kenaikan, sementara bahan baku mencatat pelemahan terdalam.
Dijelaskan Kepala Bursa Efek Indonesia Regional Palembang, jika hubungan dagang antara AS dan China mereda setelah Presiden Trump melunak atas ancaman tarifnya terhadap China.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa tarif tinggi antara AS dan China tidak berkelanjutan.
BACA JUGA:Serius Pangan Nusantara, UMKM Kopi yang Bertumbuh hingga Go Global Berkat Pemberdayaan BRI
BACA JUGA:BRI Dorong UMKM Minuman Herbal Kian Percaya Diri Garap Pasar Luar Negeri
Selain itu, Trump mengisyaratkan keterbukaannya untuk meredakan ketegangan perdagangan antara dua negara tersebut.
" Perkembangan terbaru menunjukkan, China membebaskan beberapa impor AS dari tarif 125% meskipun menolak klaim negosiasi Trump.
Harga emas turun 2% pada hari Jumat karena dolar menguat dan tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan AS-China," jelasnya.
Pasar juga mencermati arah kebijakan The Fed terkait suku bunga dan data ekonomi yang mendukungnya.
BACA JUGA:Dorong Transformasi Ekonomi Syariah, BI dan Pemprov Sumsel Perkuat Ekosistem Inklusif
Salah seorang pejabat The Fed mengatakan bahwa ia akan mendukung penurunan suku bunga jika tarif menyebabkan hilangnya lapangan kerja*.
Sementara itu, pejabat yang lain mengatakan bahwa para pejabat The Fed bisa bergerak paling cepat pada Juni jika memiliki bukti yang jelas tentang arah ekonomi.
Rilis data ekonomi AS menunjukkan, pengajuan tunjangan pengangguran mengalami sedikit peningkatan, yang mencerminkan pasar tenaga kerja masih cukup stabil, sementara sentimen konsumen pada bulan April masih berada pada level terendah sejak Juli 2022 silam.