Setelah coba sendiri, ternyata enak banget dan beda dari cookies yang biasa saya makan,” ujar Nadine Pratiwi, seorang pembuat kue rumahan di Bandung yang kini menjadikan Snickerdoodle sebagai salah satu produk andalannya.
BACA JUGA:Mengenal Chai : Minuman Tradisional yang Kini Mendunia
BACA JUGA:Cokelat dan Kenangan : Chocolate Chip Cookies Masih Jadi Primadona di Tengah Tren Kuliner Modern
Tidak hanya di rumah tangga, sejumlah kafe dan toko roti di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta mulai memasukkan Snickerdoodle ke dalam menu mereka.
Beberapa bahkan melakukan modifikasi dengan menambahkan bahan lokal seperti gula aren atau kelapa parut untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia.
Permintaan yang meningkat ini membuka peluang bisnis baru, terutama bagi UMKM di bidang kuliner.
Menurut data dari Tokopedia dan Shopee, pencarian untuk "Snickerdoodle" meningkat hingga 150% dalam enam bulan terakhir.
Banyak penjual rumahan mulai menjajakan kue ini secara daring, baik dalam bentuk jadi maupun dalam paket premix (adonan siap pakai).
Selain itu, Snickerdoodle juga menjadi media inovasi bagi para pembuat kue.
Beberapa variasi populer termasuk Snickerdoodle brownies, Snickerdoodle cheesecake bars, hingga Snickerdoodle latte, yang menggabungkan rasa khas kayu manis dengan kopi susu.
“Saya mencoba membuat varian Snickerdoodle yang gluten-free karena banyak pelanggan saya yang punya pantangan makanan.
Responsnya sangat bagus, dan kini jadi produk paling laku di toko saya,” kata Rani Kusumawardhani, pemilik toko kue sehat di Jakarta Selatan.
Meski potensinya besar, para pelaku usaha mengakui bahwa masih ada tantangan, terutama dalam hal ketersediaan bahan.
Salah satu komponen penting dalam Snickerdoodle, cream of tartar, belum banyak tersedia di pasaran Indonesia dan masih harus diimpor atau dibeli dari toko bahan kue khusus.
“Kadang kami kesulitan mencari cream of tartar dalam jumlah besar. Kalau stok habis, kami terpaksa ganti resep, walau rasanya jadi agak beda,” ungkap Anton, pemilik usaha kue kering di Surabaya.
Meski demikian, beberapa ahli kuliner menyarankan alternatif lokal seperti penggunaan air jeruk nipis atau cuka sebagai pengganti cream of tartar dalam jumlah kecil, meski rasa dan teksturnya mungkin sedikit berbeda.