Denny menegaskan bahwa BI dan Kementerian Keuangan terus menjalin koordinasi erat dalam melakukan pemantauan dan evaluasi rutin terhadap dinamika ULN nasional.
“Peran ULN akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian,” tambah Denny.
Keseimbangan antara peningkatan utang dan penggunaan yang produktif menjadi kunci penting dalam menjaga kestabilan ekonomi makro Indonesia.
Apa Dampak Kenaikan ULN terhadap Perekonomian?
Banyak kalangan mempertanyakan, apakah peningkatan ULN hingga menembus Rp7.130 triliun ini akan menimbulkan beban ekonomi bagi Indonesia ke depan?
Jawabannya sangat tergantung pada dua hal utama:
Kemampuan membayar kembali atau membiayai bunga utang dari pendapatan negara (terutama pajak).
Produktivitas penggunaan ULN, yakni apakah utang tersebut digunakan untuk proyek-proyek yang menghasilkan efek ganda (multiplier effect) bagi pertumbuhan ekonomi.
Selama utang digunakan untuk proyek infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan ketahanan energi, maka ULN justru menjadi instrumen penting dalam mempercepat pembangunan dan meningkatkan daya saing nasional.
Tantangan di Tengah Ketidakpastian Global
Kenaikan ULN Indonesia juga terjadi di tengah kondisi pasar global yang masih tidak menentu.
Mulai dari tren suku bunga tinggi oleh The Fed, tensi geopolitik global, hingga gejolak harga komoditas.
Semua faktor ini bisa memengaruhi arus modal, nilai tukar rupiah, dan pembiayaan luar negeri.
Namun Bank Indonesia meyakini bahwa dengan struktur utang yang sehat, dominasi utang jangka panjang, serta diversifikasi sumber pembiayaan, Indonesia masih memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapi tekanan global.
Kenaikan ULN Bukan Alarm Bahaya
Meskipun nominal ULN Indonesia terlihat besar dan terus meningkat, namun struktur, komposisi, dan pemanfaatannya masih berada dalam jalur yang aman dan produktif.