Bubur Merah Putih : Sajian Tradisional Sarat Makna dalam Kearifan Lokal Indonesia

Senin 19-05-2025,10:38 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

"Kita bisa melihat bagaimana masyarakat Indonesia dari dulu sudah memiliki kesadaran akan pentingnya keseimbangan, dualitas, dan keharmonisan, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk makanan," ujarnya dalam sebuah diskusi budaya di Jakarta, pekan lalu.

BACA JUGA:Arem-Arem, Kuliner Tradisional yang Tetap Eksis di Tengah Gempuran Makanan Modern

BACA JUGA:Kajukalti : Makanan Tradisional yang Kembali Menggugah Selera

Tak hanya dalam lingkup domestik, bubur merah putih kini juga mulai sering ditampilkan dalam berbagai festival budaya, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Di Festival Kuliner Nusantara yang diselenggarakan di Yogyakarta bulan lalu, bubur merah putih menjadi salah satu sajian yang paling menarik perhatian pengunjung, termasuk wisatawan mancanegara.

"Saya tertarik bukan hanya karena rasa buburnya yang manis dan lembut, tetapi juga karena ceritanya," ujar Tomislav, seorang turis asal Kroasia.

"Saya tidak tahu makanan bisa sedalam itu maknanya."

Pemerintah daerah dan pelaku UMKM pun mulai melihat potensi besar dari makanan tradisional seperti bubur merah putih untuk dikembangkan sebagai bagian dari promosi wisata budaya dan kuliner.

Beberapa desa wisata bahkan menjadikan pembuatan bubur merah putih sebagai salah satu kegiatan wisata edukatif yang ditawarkan kepada pengunjung.

Di balik sederhananya bahan dan cara pembuatan, bubur merah putih menyimpan kekayaan nilai turun-temurun.

Bagi banyak keluarga Indonesia, resep bubur merah putih diwariskan dari generasi ke generasi, dengan sedikit variasi tergantung daerahnya.

Di Bali misalnya, bubur ini sering disebut “bubuh” dan disajikan dengan iringan doa sebagai bagian dari ritual keagamaan Hindu.

Di rumah Ibu Murni, seorang ibu rumah tangga di Semarang, bubur merah putih menjadi hidangan wajib setiap kali ada anggota keluarga yang merayakan ulang tahun.

“Ini sudah jadi tradisi keluarga sejak nenek saya dulu. Tidak boleh lewat,” kata Ibu Murni sambil mengaduk bubur di atas tungku.

Meski masih lestari di beberapa daerah, keberadaan bubur merah putih menghadapi tantangan di era modern ini.

Banyak generasi muda yang mulai melupakan tradisi membuat bubur sendiri dan lebih memilih makanan cepat saji.

Kategori :