Dalam sehari, seorang pedagang bisa menjual antara 100 hingga 300 tusuk, terutama saat akhir pekan atau saat ada acara khusus.
Meski sedang naik daun, para pelaku usaha kentang spiral juga menghadapi tantangan tersendiri, seperti persaingan yang semakin ketat dan kebutuhan untuk terus berinovasi agar tidak cepat ditinggalkan konsumen.
“Sekarang hampir di setiap sudut ada yang jual kentang spiral.
Kalau tidak punya ciri khas, bisa cepat tenggelam,” ujar Lestari Dewi, pelaku usaha kentang spiral di Surabaya.
Selain itu, isu kesehatan juga mulai menjadi perhatian.
Beberapa konsumen mulai mempertanyakan kandungan minyak dan kalori dari makanan yang digoreng ini.
Untuk menjawab tantangan ini, beberapa pelaku usaha mulai beralih menggunakan minyak yang lebih sehat serta menawarkan varian kentang spiral yang dipanggang atau menggunakan kentang organik.
Dengan kreativitas dan inovasi yang terus berkembang, kentang spiral diprediksi akan tetap menjadi bintang di dunia kuliner jalanan Indonesia dalam beberapa waktu ke depan.
Makanan ini bukan hanya menyenangkan untuk disantap, tetapi juga membawa peluang ekonomi bagi banyak orang.*