BACA JUGA:Bulog Siapkan 50 Ton Beras SPHP Untuk Operasi Pasar di OKU Raya
BACA JUGA:Bulog OKU Serap 1.500 Ton Beras Petani di OKU Timur
Pencapaian ini menjadi tonggak penting dalam sejarah modern ketahanan pangan Indonesia.
Angka ini menjadi dasar kuat bagi pemerintah untuk mulai mengekspor beras tanpa mengganggu kebutuhan dalam negeri, apalagi saat menjelang musim panen raya.
Langkah ekspor ini dinilai sebagai sinyal bahwa Indonesia tidak lagi hanya menjadi negara pengimpor beras, tetapi telah bertransformasi menjadi eksportir beras yang berdaya saing di pasar regional.
Potensi Ekspor Beras Indonesia ke Negara ASEAN Lain
Setelah Malaysia, sejumlah negara ASEAN lainnya juga berpeluang menjadi tujuan ekspor beras Indonesia.
Negara-negara seperti Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Timor Leste menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan beras dari negara lain.
Dengan stabilnya produksi nasional serta sistem logistik yang mulai membaik, Indonesia berpeluang besar mengisi kekosongan pasar di kawasan tersebut.
Hal ini tentunya membawa dampak positif, baik dari sisi ekonomi nasional, peningkatan nilai tukar petani, maupun diplomasi pangan regional.
Langkah Strategis Menuju Swasembada dan Kedaulatan Pangan
Kebijakan ekspor ini juga tidak lepas dari strategi jangka panjang Kementerian Pertanian dalam mendukung visi besar Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada dan kedaulatan pangan nasional.
Dengan surplus produksi, Indonesia kini memiliki daya tawar yang lebih tinggi di pasar internasional.
Pemerintah juga memastikan bahwa harga beras dalam negeri tetap stabil, serta distribusi ke wilayah-wilayah rentan pangan tetap menjadi prioritas utama.
Menteri Amran menyampaikan bahwa ekspor juga bisa menjadi solusi untuk menyeimbangkan harga di tingkat petani agar tetap menguntungkan.
Sebab, saat stok beras melimpah dan tidak segera disalurkan, harga gabah di tingkat petani cenderung turun.