Adonan tersebut dituangkan ke dalam acuan logam dan dipanggang sebentar.
BACA JUGA:Apam Johol : Warisan Kuliner Negeri Sembilan yang Terus Dijaga
BACA JUGA:Ang Toh Kuih, Kue Tradisional Penuh Makna yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi
Setelah matang, kue akan direndam dalam larutan gula yang telah dimasak bersama daun pandan dan sedikit air mawar untuk memberikan aroma khas.
“Kalau tak betul cara bakarnya, kue jadi keras atau bantat.
Nekbat mesti ringan dan serap air gula dengan baik.
Itu yang buat dia sedap,” jelas Puan Mariam sambil memperlihatkan loyang besi tuanya yang sudah digunakan lebih dari 20 tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, kue Nekbat mendapat perhatian baru dari generasi muda.
Foto-foto Nekbat yang cantik dengan siraman gula jernih atau berwarna-warni kerap menghiasi media sosial, terutama saat Ramadan.
Bahkan, beberapa kreator kuliner mulai berinovasi dengan menambahkan perisa seperti ros, pandan, dan bahkan cokelat pada siraman gulanya.
Salah satu pegiat kuliner muda, Nur Ain Zulkifli, mengatakan bahwa ia mulai menjual Nekbat secara daring setelah melihat permintaan tinggi di TikTok.
“Saya mula post video buat Nekbat waktu PKP dulu. Tak sangka ramai yang minta order.
Saya buat packaging cantik, jual dalam kotak, dan ramai yang beli untuk hantaran,” ujar Nur Ain, yang kini memiliki lebih dari 30 ribu pengikut.
Meski kian populer, kue Nekbat menghadapi tantangan dalam hal pelestarian.
Tidak semua generasi muda tahu cara membuatnya, dan cetakan tradisional pun mulai sulit ditemukan.
Pakar kuliner tradisional dari Universiti Malaysia Terengganu, Dr. Halimah Ramli, menekankan pentingnya dokumentasi dan pelatihan.