Sambusa, Camilan Khas Ramadan yang Melekat di Hati dan Budaya

Kamis 19-06-2025,10:15 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID - Saat bulan suci Ramadan tiba, aroma rempah-rempah dan makanan khas mulai memenuhi dapur-dapur di seluruh penjuru dunia Islam.

Salah satu makanan yang hampir tak pernah absen dari meja berbuka adalah sambusa.

Camilan berbentuk segitiga ini bukan hanya lezat, tetapi juga kaya akan sejarah dan budaya yang mengakar kuat di banyak negara, dari Timur Tengah hingga Afrika Timur dan Asia Selatan.

Sambusa, yang juga dikenal dengan nama samosa di beberapa wilayah Asia, adalah pastri goreng atau panggang yang biasanya diisi dengan daging, sayuran, atau kacang-kacangan.

BACA JUGA:Barongko : Kue Tradisional Bugis yang Tetap Bertahan di Tengah Arus Modernisasi

BACA JUGA:Kuah Labu : Hidangan Klasik yang Nikmat dan Bergizi

Kulitnya yang renyah membungkus isi yang gurih dan penuh rasa, menjadikannya salah satu makanan ringan favorit saat berbuka puasa.

Asal-usul sambusa dapat ditelusuri ke wilayah Asia Tengah dan India sekitar abad ke-10.

Dalam catatan sejarah Persia kuno, makanan ini disebut sebagai sanbosag, dan kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia melalui jalur perdagangan dan perjalanan para pedagang Muslim.

Saat Islam menyebar, begitu pula sambusa—membawa bersamanya variasi rasa, bentuk, dan cara penyajian.

BACA JUGA:Semur Betawi : Hidangan Tradisional Penuh Cita Rasa yang Terus Dijaga Warisannya

BACA JUGA:Teh Talua, Minuman Tradisional Minangkabau yang Sarat Khasiat dan Filosofi

Di Timur Tengah, sambusa biasanya diisi dengan daging cincang, bawang, dan rempah-rempah seperti jintan dan ketumbar.

Sementara di Afrika Timur, terutama di negara-negara seperti Somalia, Ethiopia, dan Kenya, sambusa menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner, dan sering kali diisi dengan daging sapi, kambing, atau bahkan lentil untuk versi vegetarian.

Sambusa di Indonesia: Jejak Diaspora dan Adaptasi Rasa

Kategori :