Sayur Lodeh : Hidangan Tradisional yang Terus Bertahan di Tengah Modernitas

Senin 30-06-2025,09:58 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

Sementara itu, di Jawa Timur, kuahnya biasanya lebih kental dan berwarna kemerahan karena penggunaan cabai yang lebih banyak.

BACA JUGA:Kwetiau Goreng : Makanan Legendaris yang Tetap Memikat Selera

BACA JUGA:Jalangkote, Cita Rasa Khas Makassar yang Terus Menyapa Lidah Nusantara

Sayur Lodeh juga mengalami evolusi dalam cara penyajian.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, hingga Surabaya, sayur ini banyak dijajakan sebagai menu harian di warung nasi, restoran tradisional, hingga dapur-dapur modern.

Di era digital seperti sekarang, Sayur Lodeh pun semakin mudah diakses melalui layanan pesan antar makanan online.

Bahkan sejumlah chef terkenal memasukkan Sayur Lodeh ke dalam menu kreasi mereka dengan sentuhan modern, tanpa menghilangkan cita rasa autentiknya.

Salah satu contohnya adalah Chef Hana Pratama, yang dikenal lewat kanal YouTube kulinernya.

Ia mengembangkan Sayur Lodeh vegan tanpa santan menggunakan susu kedelai sebagai alternatif, demi menjangkau konsumen yang lebih luas, terutama generasi muda dan pelaku gaya hidup sehat.

“Intinya, kita harus menjaga esensi lodeh: rasa gurih, hangat, dan memuaskan.

Inovasi bisa dilakukan asal tidak menghilangkan identitasnya,” kata Chef Hana.

Selain menjadi makanan sehari-hari, Sayur Lodeh juga mulai tampil dalam festival kuliner dan promosi gastronomi internasional.

Di ajang Indonesian Food Festival 2024 di Tokyo, Sayur Lodeh mendapatkan sambutan hangat dari pengunjung asing yang menyukai kombinasi rasa gurih dan tekstur sayurannya yang lembut.

Namun di balik popularitasnya, tantangan tetap ada.

Perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung lebih menyukai makanan cepat saji membuat sejumlah generasi muda kurang familiar dengan makanan tradisional seperti Sayur Lodeh.

Hal ini memicu keprihatinan di kalangan pecinta kuliner tradisional.

Kategori :